Oleh Ustaz Erick Yusuf*
Manusia hanya bisa berharap tetapi Allah-lah yang menentukan.
Kalimat di atas menegaskan bahwa keperkasaan Ballon d’Or 2013 mega bintang Cristiano Ronaldo pun tidak bisa merubah arti kalimat tersebut. Sebaliknya, kegelisahan legenda sepakbola Jerman Der Kaiser Granz Beckenbauer beserta Joachim loew sang pelatih, juga dunia media jerman seperti Koran Bild sekaligus masyarakat Jerman seluruhnya tak terbukti benar.
Walau ramai tertulis “all eyes on Cristiano Ronaldo” predator haus gol yang telah menciptakan 50 gol dalam satu musim bersama Real Madrid, tapi Allah telah membalikkan prediksi pengamat dengan drama yang mengejutkan laga Piala Dunia hari 2014.
Bagaimana tidak, timnas Jerman yang biasanya seperti mesin diesel yang lambat panas dalam Piala Dunia kali ini tampil berbeda. Dengan kerja sama apik digasaknya habis 4-0 tanpa balas kesebelasan Portugal yang sebenarnya bertabur bintang seperti trio Madrid (Pepe, Coentrao, Ronaldo), Meireles chelsea, Nani Manchester united.
Di atas lapangan Boateng benteng penjaga Cristiano cukup sukses, dengan dilapis Mertesacker dan Hummels, tidak ada pergerakan yang cukup berarti dari sang Flamboyan. Lalu Kroos, Goetze dan Ozil seakan bahu membahu mendikte permainan. Tidak lupa Thomas Muller yang menorehkan tinta sejarah atas namanya sebagai pencetak hatrick pertama di Piala Dunia 2014 ini.
Catatan khusus pada pertandingan ini terfokus pada Képler Laveran Lima Ferreira alias lebih dikenal dengan nama Pepe (Portugal/Real Madrid). Memang keringat-keringat gelisah, napas kekesalan serta nuansa kepanikan cukup terlihat semenjak gol kedua Jerman tercipta di menit sepertiga akhir babak pertama.
Pada saat itulah Pepe melakukan pelanggaran yang tidak terlalu keras pada Muller. Namun, karena reaksi yang berlebihan dari Muller-lah yang membuat Pepe kesal dan menanduk kepala Muller. Itulah sebabnya mengapa sang juru pengadil di tengah lapangan kemudian mengacungkan kartu merah pada Pepe.
Dalam sepakbola modern semangat fairplay sangat diutamakan. Para pemain bukan hanya dituntut memperlihatkan kepiawaiannya dalam mengolah bola saja, namun mesti mengontrol akhlak perilakunya di lapangan. Karenanya kemarahan Pepe, ketidakfairplay-an Pepe yang membuat salah satunya keterpurukan timnas Portugal semakin dalam.
Marah memang menjadi salah satu sifat yang tidak disukai dalam kehidupan manusia di seluruh dunia, dengan tidak memandang suku agama dan ras. Semua menolak perilaku pelampiasan amarah dengan cara yang negatif. Dalam Islam Rasullulah SAW bersabda, “Sesungguhnya amarah adalah bara yang dinyalakan dalam hati.” (HR Tirmidzi).
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasullulah, “Siapakah orang yang perkasa menurut kalian?” Para sahabat menjawab, “Orang yang tidak dikalahkan oleh orang lain.”
Lalu beliau menjawab, “Bukan keperkasaan dengan mengalahkan orang lain, akan tetapi keperkasaan adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah.” (Mutafaq ‘alaih)
Abdullah bin Amr RA bertanya kepada Rasulullah, “Apa yang menyelamatkan aku dari kemurkaan Allah?” Beliau menjawab, “jangan marah!” Sebagaimana hadis; "Laa taghdab wa lakal jannah [Jangan marah bagimu surga].” (HR ath-Thabrani).
Karena itu, laa taghdab Pepe, Jangan marah Pepe! Bukan hanya kamu tetapi seluruh tim merugi. Tim lengkap saja sudah kemasukan dua gol, apalagi dengan dikeluarkannya Pepe, bahkan seorang mega bintang Cristiano Ronaldo pun tidak sanggup membalikkan lagi keadaan. Malah semakin terpuruk menjadi empat gol tanpa balas.
Ini pelajaran untuk kita semua, apalagi menjelang bulan Ramadhan. Ayo laa taghdab, jangan marah. Hati-hati marah membuat kita dan semua orang merugi apalagi di bulan Ramadhan, nanti dikasih “kartu Merah” loh oleh Allah. Na’udzubillah. Jangan lupa tahajud yuk.
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.
*Pimpinan lembaga dakwah iHAQi, penulis buku 99 Celoteh Kang Erick Yusuf.