Kamis 19 Jun 2014 13:26 WIB

Fenomena Cabe-cabean Hanya Ada di Perkotaan

Rep: Yulianingsih/ Red: Julkifli Marbun
Berbicara dengan ABG/ilustrasi
Foto: asktheinternettherapist.com
Berbicara dengan ABG/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dewasa ini istilah cabe-cabean semakin marak dikalangan anak muda. Bahkan dikalangan anak-anak dan orang tua istilah tersebut juga sering terdengar. Sebenarnya apa sih istilah cabe-cabean tersebut ?. Menurut pakar psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Elli Nur Hayati, fenomena cabe-cabean ini hanya ada diperkotaan saja. Di pedesaan fenomena ini tidak dijumpai.

"Istilah cabe ini merupakan merupakan singkatan dari Cewek Alay Bahan EXXXkan. Pada umumnya pelaku adalah  gadis belia (SMP-SMA) yang hobi hang out dan punya aspirasi materi tinggi,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam talkshow remaja 2014 bertemakan ada apa dengan cabe-cabean di kalangan remaja di Auditorium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Kamis (19/6).

Acara ini diselenggarakan oleh Pusat Studi Wanita (PSW) UAD yang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) UAD. Acara ini juga menghadirkan pembicara artis ternama yaitu Neno Warisman.

Diakui Elli, fenomena ini akan terus meningkat jika tidak ada penanganan khusus terhadap para remaja ini. Karenanya dibutuhkan peran serta semua pihak untuk menangani masalah ini.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi fenomena cabe-cabean tersebut adalah dengan  penguatan fungsi keluarga dan penguatan mental anak. "Bagaimanapun keluarga itu tetap nomor satu tempat pendidikan anak. Kuatnya pendidikan moral dalam keluarga akan berpengaruh dalam menekan fenomena ini," katanya.

Langkah lain adalah dengan penguatan forum guru dan orang tua  untuk monitoring anak serta merujukkan program parenting untuk orang tua beresiko. Penanggulangan ketiga bisa dilakukan dengan perujukan kepada penyedia program konseling dan terapi untuk keluarga bermasalah.

Sementara itu Neno Warisman dalam kesempatan itu mengatakan, solusi  untuk mengatasi permasalahan remaja adalah dengan  memberikan edukasi bayani (tarbiyatul Jinsiyah).

"Yaitu mendidik remaja untuk mendasari sikap hidup dengan agama, memetik pelajaran bersama dari peristiwa yang terjadi serta memberikan pancingan untuk solusi anak,” katanya.

Menurutnya, dasar dari penanganan masalah ini adalah cinta dan tanggungjawab. "Saat ini negeri kita sudah begitu parah dengan berbagai masalah. Para remaja yang saya harapkan nantinya mampu mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik untuk negeri kita tercinta ini. Sedari dini berbuatlah hal yang positif hindari perbuatan yang berdampak negatif," katanya.

Untuk menumbuhkan kegiatan positif dikalangan remaja kata dia, bisa dilakukan dengan  memantik minat baca di dini usia (0-7 tahun). Dengan begitu saat anak berusia remaja maka dia akan fanatik membaca. Orang tua juga harus melibatkan mereka dalam kajian keilmuan remaja dan memberikan apresiasi positif di usia remaja mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement