Sabtu 21 Jun 2014 13:05 WIB

Gubernur: Harga Cabai di Sukabumi Terlalu Rendah

Seorang pedagang menata dagangan cabainya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang pedagang menata dagangan cabainya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengatakan harga cabai di Sukabumi terlalu rendah, karena pasokannya yang membludak tetapi permintaanya kurang sehingga harganya berkisar Rp 15 ribu-Rp 20 ribu per kg. "Murahnya harga cabai merah ini, kami khawatir petani bisa merugi maka dari itu pemerintah akan mencoba menelusuri kenapa harga cabai tersebut terlalu murah untuk di Sukabumi," kata Aher di Sukabumi, Sabtu (21/6).

Menurutnya, perlu ada mekanisme agar harga cabai tersebut stabil sehingga harganya tidak merugikan petani yang menanamnya juga tidak memberatkan konsumen yang membelinya. Sebab, dengan terlalu rendahnya harga cabai ini petani akan kesulitan mendongkrak harga, jika dipaksakan naik tetapi konsumennya rendah maka akan tetap merugi, sehingga perlu adanya regulasi yang tepat dalam menstabilkan harga cabai ini apalagi menjelang Ramadan.

Lebih lanjut, untuk itu pihaknya berupaya akan mendorong penyebaran distribusi cabai dari Sukabumi keluar daerah seperti Bandung, Depok, Bogor dan Jakarta, sehingga cabai tidak menumpuk di pasaran Sukabumi saja yang menyebabkan harganya terlalu rendah. Selain itu, dengan adanya penyebaran pasokan ini petani tidak akan kesulitan menjual produknya tersebut saat panen raya, karena sudah ada beberapa pasar yang siap menampung, jadi tidak mengandalkan pasar di Sukabumi saja.

"Sukabumi adalah salah satu tempat penghasil cabai sehingga pasokannya dan cadangannya cukup tinggi, belum lagi ada pasokan yang datang dari beberapa daerah seperti dari Brebes, Jawa Tengah yang menyebabkan cabai tersebut menumpuk dan akhirnya harganya pun melorot. Kami akan mencari solusinya agar harga cabai itu stabil yang tidak merugikan petani tetapi tidak memberatkan konsumen," paparnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement