REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seorang wartawan Somalia tewas di Mogadishu Sabtu setelah sebuah bom diyakini melekat pada mobilnya diledakkan jarak jauh, kata polisi dan saksi.
Korban, wartawan lokal terkemuka Yusuf Keynan, bekerja pada Radio Mustaqbal, stasiun FM swasta Mogadishu, dan juga memberikan kontribusi kepada Nairobi, radio kemanusiaan PBB yang bermarkas di Kenya, Ergo.
"Itu adalah wartawan lokal yang menjadi sasaran dalam serangan tersebut. Bom dipasang di bawah jok mobilnya kemudian meledak, mengakibatkan dia tewas," kata pejabat polisi Somalia, Abdi Garane.
"Itu mengerikan. Jasadnya terputus terbakar di dalam mobilnya. Saya tidak tahu mengapa mereka telah menargetkan dia," kata Hassan Idle, seorang saksi mata atas serangan itu.
Pasukan keamanan Somalia menutup daerah itu untuk menyelidiki insiden tersebut. Itu adalah pembunuhan wartawan kedua di Mogadishu tahun ini.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab, tetapi Mogadishu telah terpukul oleh serangkaian serangan gerilyawan Shebab yang terkait Alqaidah di negara itu, yang berjuang untuk menggulingkan negara yang dilanda perang dan pemerintahnya yang rapuh mendapat dukungan secara internasional.
Serangan Shebab terbaru menyasar pada daerah-daerah penting pemerintah, atau pasukan keamanan, dalam satu upaya nyata untuk mendiskreditkan klaim oleh pihak berwenang dan Pasukan Uni Afrika bahwa mereka memenangkan perang melawan pejuang Islam.
Pada Rabu, seorang mahasiswa kedokteran tewas dan tujuh lainnya luka-luka dalam pemboman di rumah sakit di bagian utara Mogadishu, Keysansey, yang dijalankan oleh Masyarakat Bulan Sabit Merah Somaliadengan dukungan Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
Serangan itu juga melibatkan bom-bom yang dilekatkan di mobil. Persatuan Wartawan Nasional Somalia (NUSOJ) mengatakan pihaknya sangat terkejut "oleh apa yang disebut" pembunuhan tak masuk akal terhadap wartawan kemanusiaan Somalia."
Korban adalah salah satu pemenang dari 2013 Somalia Media Awards yang diselenggarakan oleh NUSOJ dan PBB.
"Kami mengutuk pembunuhan keji rekan kami itu, dan menyerukan untuk cepat menyelidiki kasus ini," kata Sekretaris Jenderal NUS OJ Mohamed Ibrahim.
"Kami menuntut pembunuh dibawa ke pengadilan."