REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Kepala Balai Arkeologi Jayapura Muhammad Irfan mengatakan ada tiga kawasan situs yang berpotensi menjadi warisan dunia di Provinsi Papua Barat sesuai hasil penelitian.
"Penelitian yang dilakukan Balai Arkeologi Jayapura di sejumlah tempat atau kawasan di Papua dan Papua Barat hingga saat ini terdapat 310 situs. Tiga di antaranya berpotensi menjadi warisan budaya dunia," kata Muhammad Irfan di Jayapura, Papua, Ahad (22/6).
Ia mengatakan, ketiga kawasan situs berpotensi warisan dunia itu yakni kawasan situs seni cadas Misool di Kabupaten Raja Ampat, kawasan situs seni cadas Kokas, Kabupaten Fakfak dan kawasan situ seni cadas di Kabupaten Kaimana yang terdapat di Teluk Bicari, Selat Maimai dan Teluk Triton.
"Ketiga tempat ini sangat berpeluang untuk menjadi kawasan warisan dunia. Hanya saja perlu pengkajian lebih lanjut dan ada dorongan serta perhatian dari masyarakat serta pemerintah daerah setempat," katanya.
Untuk menjadi kawasan situs warisan dunia, kata alumnus Antropologi Universitas Indonesia itu, memiliki sejumlah kriteria diantaranya kawasan situ itu bisa menunjukkan hasil karya adiluhung. Menunjukkan interaksi penting nilai kemanusiaan terhadap perkembangan arsitektur atau teknologi, memiliki keunikan dan mewakili tradisi yang luar biasa.
Lalu, merupakan contoh menonjol dari karya arsitektur atau teknologi serta merupakan contoh menonjol dari pemukiman tradisional, dan secara langsung terkait dengan peristiwa atau tradisi kehidupan setempat. "Semua kriteria ini harus terpenuhi jika ingin diusulkan menjadi salah satu warisan dunia," katanya.
Selain itu ketiga kawasan situs di atas tadi, kata Irfan, ada sejumlah kawasan situs di Papua dan Papua Barat yang bisa menjadi warisan nasional, diantaranya situs Penginjilan di Pulau Mansinam, Manokwari, situs Megalitik Tutari di Sentani, situs Pemukiman Tua Yemokho di Sentani, situs Neolitik Bukiit Srobu di Kota Jayapura.
"Situs Arca Polinesia di Kabupaten Jayapura, situs Prasejarah Biak, situs Gua Jepang Binsari Biak, situs Masa Kolonial di Boven Digul, situs Kolonial Mc Arthur di Kabupaten Jayapura, dan situs Kolonial di Merauke," katanya.
Irfan juga menyampaikan perlunya penelitian terpadu secara bersama atau terpisah pada kawasan situs-situs tersebut dengan sejumlah instansi terkait, kampus, pemerintah setempat, lsm dan dengan dukungan media. Sehingga pelestariannya tetap terjaga dengan baik.