REPUBLIKA.CO.ID, Ia datang ke Makkah sambil terhuyung-huyung, namun sinar matanya bersinar bahagia.
Memang, sulitnya perjalanan dan teriknya matahari yang menyengat tubuhnya cukup menyakitkan. Namun, tujuan yang hendak dicapainya telah meringankan penderitaan dan meniupkan semangat kegembiraan.
Ia memasuki kota dengan menyamar seolah-olah hendak melakukan thawaf mengelilingi berhala-berhala di sekitar Ka'bah, atau seolah-olah musafir yang sesat dalam perjalanan, yang memerlukan istirahat dan menambah perbekalan.
Padahal, seandainya orang-orang Makkah tahu bahwa kedatangannya itu untuk menjumpai Nabi Muhammad SAW dan mendengarkan keterangan beliau, pastilah mereka akan membunuhnya.