Selasa 24 Jun 2014 10:49 WIB

Setelah Beras, Konsumsi Terbesar Kedua Indonesia Adalah Rokok

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Salah satu tantangan yang dihadapi Presiden Indonesia mendatang adalah mengurangi konsumsi merokok. Alasannya, karena saat ini menurut statistik merokok merupakan kebutuhan terbesar kedua masyarakat Indonesia setelah beras.

Inilah salah satu yang diungkapkan Wakil Menteri Keuangan RI Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro PhD dalam diskusi terbuka di Victoria University  Melbourne, Sabtu (21/6) lalu. Bambang Permadi berbicara mengenai kondisi perekonomian Indonesia terkini serta berbagai peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh presiden yang terpilih dalam Pilpres 2014. Acara ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia cabang Victoria University.

Dalam diskusi itu, Bambang Permadi menjelaskan mengenai "ruang gerak" apa saja yang tersedia bagi presiden Indonesia berikutnya. Utamanya bagaimana bisa menggerakkan perekonomian Indonesia dari sisi anggaran yang ada dalam pemerintahan. Salah satu hal yang menurutnya membebani perekonomian Indonesia saat ini adalah tingginya angka subsidi BBM dan listrik. Masalah ini sudah banyak disepakati dan memerlukan alternatif pemecahan, namun  sejauh ini tidak ada yang mampu menawarkan solusi komprehensif.

Dalam paparannya, Prof Bambang Permadi mengatakan bahwa hal yang bisa dilakukan adalah mengganti subsidi barang menjadi subsidi orang. "Selama ini pemerintah memberikan subsidi karena adanya selisih harga jual dengan harga produksi BBM. Jadi kalau minyak bensin harga produksinya Rp 10 ribu, namun dijual dengan harga Rp 6 ribu, pemerintah mensubsidi Rp 4 ribu. Alternatifnya adalah kita menaikkan harga menjadi Rp 10 ribu, namun orang-orang yang betul-betul membutuhkan, mendapat voucher untuk membeli bensin," katanya, belum lama ini.

Menurut Bambang Permadi, sekarang ini dengan adanya subsidi harga, masyarakat tidak merasa bahwa sebenarnya mereka mendapatkan subsidi sehingga tidak ada insentif untuk mengurangi pemakaian.

"Dalam pengeluaran rumah tangga misalnya dari data yang kita punyai, pengeluaran mereka untuk pulsa telepon setiap bulannya lebih tinggi dari pembayaran tagihan listrik," tambah Bambang Permadi.

Wakil Menteri Keuangan RI Prof Bambang Permadi Sumantri Brodjonegoro. (Photo: Sastra Wijaya)
Berbicara mengenai tantangan keseluruhan yang dihadapi oleh Presiden Indonesia berikutnya yang akan mulai menjabat bulan Oktober 2014, Prof Bambang Permadi mengenai situasi ekonomi dunia sekarang ini masih tidak menentu.

Ia menambahkan, "Secara global kalau kita lihat yang menentukan perkembangan ekonomi dunia adalah negara-negara maju seperti AS, Eropa dan Jepang, dan yang kedua adalah negara berkembang seperti China."

"Kalau kita lihat AS memang sudah lebih baik dari beberapa tahun yang lalu. Jepang menunjukkan perbaikan, demikian juga Eropa namun belum sepenuhnya pulih. Di China, kita lihat sekarang pertumbuhan melambat," kata Bambang Permadi.

Dalam nada lebih positif, Prof Bambang Permadi menjelaskan bahwa Jepang tampaknya akan kembali melakukan banyak investasi di Indonesia, seperti yang pernah dilakukan di tahun 1970-an.

"Selama ini darlingnya Jepang adalah Thailand. Namun kalau kita lihat sampai hari ini, terjadi gejolak politik di Thailand dimana negeri itu sekarang dikuasai oleh junta militer. Jepang juga sebelumnya banyak menanamkan modal di China, namun belakangan ada ketegangan antar kedua negara juga. Jadi ada alasan geo politik dimana Jepang akan mengalihkan penanaman modal mereka," papar Prof Bambang Permadi.

Wakil Menteri Keuangan RI yang hadir di Australia untuk memepersiapkan bahan-bahan untuk dibicarakan dalam pertemuan para kepala negara G-20 di Brisbane bulan November mendatang, secara komprehensif membeberkan berbagai masalah yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia saat ini.

Lebih dari 30 peserta diskusi yang sebagian besar adalah mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Australia sangat terkesan dengan pemaparan Bambang Permadi.

"Ini sama seperti kuliah untuk empat semester," kata salah seorang di antaranya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement