REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Eddy Hussy menegaskan sektor properti Indonesia harus siap bersaing dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. "Pertanyaannya sejauh mana kesiapan kita. Indonesia harus siap bersaing termasuk di sektor properti," kata Eddy Hussy dalam seminar nasional 'Peningkatan Peran Indonesia Menghadapi MEA 2015 dan Daya Saing Properti' di Jakarta, Rabu (25/6).
Eddy mengingatkan bahwa Indonesia telah menjadi pasar yang menarik bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya antara lain karena pertumbuhan ekonomi yang nisbi stabil yang ditunjang dengan peningkatan kelas menengah. Selain itu, Ketua Umum REI berpendapat bahwa kekuatan sektor properti dalam negeri juga akan diuji dengan masuknya pesaing dari negara tetangga. "Setelah pasar bebas ASEAN berlaku, Indonesia tidak bisa menutup diri lagi," ucapnya.
Sementara Wakil Ketua Umum REI Sammy Luntungan menekankan pentingnya bagi pengembang dan investor untuk mengetahui lebih jauh bagaimana cara dan terobosan teknis mendapatkan dana murah. Hal tersebut, menurut REI, dapat dilakukan pengembang antara lain dengan memanfaatkan pendanaan lewat pasar modal dan "Real Estate Investment Trusts" (REITs).
Menurut Eddy, saat ini masih belum banyak pengembang nasional yang memanfaatkan alternatif pendanaan di pasar modal dan REITs. Mayoritas pengembang, ujar dia, hanya mengenal pembiayaan dari perbankan. Padahal, ia menegaskan bahwa pendanaan alternatif itu strategis mengembangkan industri properti nasional.
"Daya saing pengembang lokal mesti ditingkatkan, khususnya dari seni permodalan," tegas Eddy. Berdasarkan data Diklat REI, saat ini baru 54 perusahaan pengembang yang "listed" (terdaftar di bursa pasar modal) dan fokusnya untuk kelas menengah ke atas.