REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- AS mengatakan kekuasaan militer di Thailand kemungkinan akan bertahan lebih lama dari yang diharapkan. Junta militer juga dinilai lebih represif dibandingkan kudeta 2006.
Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Timur Scot Marciel mengatakan AS sedang mempertimbangkan apakah latihan militer regional Cobra Gold yang digelar setiap tahun di Thailand akan dilaksanakan kembali tahun depan.
"Awalnya, kami berharap, seperti kudeta pada 2006, militer akan bergerak relatif cepat untuk mentransfer kekuasaan kepada pemerintahan sipil dan menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan adil," ujarnya saat berbicara di dalam forum Komite Urusan Luar Negeri subkomite Asia-Pasifik, Selasa (24/6).
Namun, dia menambahkan, rangkaian peristiwa yang baru-baru ini terjadi menunjukkan kudeta militer sekarang lebih represif dan sepertinya akan bertahan lebih lama. Dia mengatakan kudeta tersebut telah menempatkan AS dalam posisi sulit.
"Tantangan yang dihadapi Amerika Serikat adalah menegaskan dukungan kami untuk kembalinya demokrasi dan kebebasan fundamental dengan cepat. Juga untuk memastikan kami dapat mempertahankan dan memperkuat persahabatan penting dan aliansi keamanan kita untuk jangka panjang," katanya
Mantan duta besar AS untuk Indonesia itu berharap kritik internasional yang kuat atas kudeta bisa mengurangi sikap represif dan awal kembalinya demokrasi. Dia mengatakan AS akan terus mendesak agar darurat militer dicabut dan pemiliu segera dilaksanakan.
Namun, ia menambahkan sangat sulit memprediksi berapa lama militer akan tetap berkuasa. Hingga ada pemerintahan terpilih, AS tidak akan melakukan bisnis seperti biasa. Sesuai hukum AS, negeri Paman Sam tersebut telah membekukan bantuan terkait keamanan sebesar 4,7 juta dolar AS sejak kudeta.
AS juga membatalkan perjanjian tingkat tinggi, beberapa latihan militer dan program pelatihan bagi militer dan polisi. Marciel mengatakan AS belum membuat keputusan tentang latihan Cobra Gold yang rencananya dilakukan awal tahun depan di Thailand. Dia menyebut latihan itu bukan hanya penting bagi Thailand dan AS, tapi juga untuk kawasan.
"Kami sedang mempertimbangkan. Kami memiliki sedikit waktu untuk mengerjakannya," kata dia.