REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan aktivis 1998 yang sekaligus korban penculikan, Andi Arief mulai membuka suara terkait peristiwa yang terjadi 16 tahun lalu itu. Kejadian yang menimpanya, menurut Andi, bisa selesai ketika Wiranto menjadi panglima ABRI.
"Kasus penculikan ini harusnya selesai zaman Wiranto jadi panglima ABRI (Pangab). Tapi Wiranto sengaja menyimpannya untuk memukul Prabowo jika sewaktu-waktu terjadi rivalitas kembali," kata Andi di Jakarta, Jumat (27/6).
Staf khusus presiden bidang kebencanaan itu menampik pernyataan Wiranto yang menuding Prabowo beberapa waktu lalu. "Saya sendiri tidak percaya ada inisiatif pribadi dari Prabowo seperti yang dinyatakan Wiranto soal penculikan," kata Andi Arief sambil melampirkan beberapa artikel tentang penculikan itu.
Antara lain artikel Panji Masyarakat tertanggal 27 Oktober 1999. "Di artikel ini Prabowo seperti menutup sesuatu, memasang badan atas penculikan ini," sebut Andi.
Menurut dia, kesalahan teknis penyelidikan atas beberapa orang, termasuk dirinya berubah istilah menjadi penculikan. Perubahan istilah itu dipolitisasi oleh orang yang mengambil keuntungan atas pengkambinghitaman Prabowo.
Andi juga menegaskan bahwa pimpinan ABRI saat itu juga mengetahui daftar pencarian 28 orang aktivis radikal. Selanjutnya Prabowo mengaku hanya bertanggungjawab atas sembilan aktivis dan semuanya sudah dilepaskan.
Andi menganjurkan agar Prabowo berterus terang kepada publik atas keterlibatan pihak lain dalam penculikan itu. Dia yakin, ada pihak lain yang tak ingin tersentuh soal tuduhan pelanggaran HAM tersebut.
"Kalau Prabowo berterus terang, saya juga akan berterus terang tentang hal-hal lain yang mungkin membuat peristiwa penculikan ini clear. Ini saatnya buat saya dan kawan-kawan lainnya sudah harus mengatakan yang sebenar-benarnya. Kejujuran akan dibalas lebih dari kejujuran," ujar Andi.