Oleh: Nashih Nashrullah
Ada tradisi unik dan khas yang hanya dapat dijumpai selama Ramadhan, yaitu berbagi hidangan berbuka ataupun sahur.
Kegiatan yang di kalangan masyarakat Timur Tengah akrab disebut maidah ar-rahman atau “hidangan Tuhan” banyak dilakukan oleh Muslim seantero dunia. Biasanya, aktivitas itu berlangsung di masjid- masjid, perkantoran, dan yayasan-yayasan tertentu.
Bahkan, lebih unik lagi, kini selangkah lebih maju, jamuan berbuka atau sahur tersebut diantarkan (delivery) langsung kepada mereka yang tengah berpuasa. Ada yang disalurkan di jalan-jalan atau tak sedikit yang diantar di depan rumah. Sejak kapankah tradisi maidah ar-rahman itu muncul?
Ada banyak versi sejarah yang menyebutkan perihal awal mula tradisi tersebut. Dalam esai berjudul “Mawaid Ar Rahman; Tarikh min At Taqarrub Ila Allah” dalam koran Al-Ahraam, Du’a Kamal menguraikan beberapa versi sejarah munculnya tradisi memberikan hidangan atau berbuka itu.
Ia mengatakan bahwa sebagian pakar sejarah meyakini akar tradisi “hidangan Tuhan” sudah muncul pada zaman Rasulullah SAW.
Saat berada di Madinah, sejumlah delegasi dari Thaif yang masuk Islam memutuskan berdomisili sementara di kota yang konon bernama Yatsrib itu. Rasulullah bersama Bilal bin Rabah mengantarkan sajian berbuka dan sahur kepada mereka.
Tradisi positif ini dilanjutkan oleh para khali fah sesudah Rasulullah. Khalifah Umar bin Khatab bahkan pada 71 H mendirikan Dar Ad Dhiyafah, sebuah lembaga yang didirikan khusus untuk menyambut para tamu dan melayani mereka yang berpuasa.