Jumat 27 Jun 2014 15:21 WIB

El Nino Berkah Bagi Sektor Perikanan

Pekerja membongkar muatan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Pekerja membongkar muatan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Achmad Poernomo mengatakan El Nino, yakni menghangatnya anomali suhu di permukaan Samudera Pasifik, justru berkah bagi sektor perikanan.

"Mungkin untuk pertanian, terjadi kekeringan, kebakaran hutan, justru untuk perikanan berkah karena jumlah ikan meningkat," kata Poernomo dalam diskusi yang bertajuk "Badai El Nino dan Ketersediaan Pasokan Ikan," di Jakarta, Jumat (27/6). Poernomo menjelaskan ketika menghangatkan suhu permukaan, memicu salinitas yang semakin tinggi.

Dengan salinitas yang tinggi, lanjut dia, memicu plankton yang merupakan makanan ikan bergerak ke atas permukaan, otomatis ikan mengikuti gerakan makanan tersebut mengumpul di dekat permukaan.

Dia menyebutkan pada saat El Nino terakhir pada 1998, terjadi peningkatan produksi ikan hingga empat kali lipat, yakni dari 500 ton melonjak hingga 2.000 ton.

Poernomo menambahkan panen ikan berkat El Nino terjadi Pantai Barat Sumatera dan Pantai Selatan Jawa, Bali serta Nusa

Tenggara.

Dia mengatakan komoditas ikan yang berpotensi diproduksi melimpah, yakni ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker) yang mencapai 80-98 persen di Selat Bali.

Selain itu, lanjut dia, jenis ikan lainnya yang diperkirakan melimpah, yakni ikan tuna yang berkumpul di tengah-tengah perairan hangat dan dingin. "Tuna ini tidak bisa bergerak langsung ke perairan dingin, otomatis dia berkumpul di kawasan pasifik atau El Nino Southern Oscillation," katanya.

Untuk itu, Poernomo mengimbau kepada nelayan serta pengusaha di bidang perikanan untuk memasang buoy untuk memonitor suhu permukaan laut, klorofil, kecepatan arus.

Selain itu, tambah dia, perlu disiapkan fasilitas penerapan sistem rantai dingin di sepanjang pantai barat Sumatera dan Pantai Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dalam rangka penyelamatan hasil tangkapan nelayan yang melimpah.

"Sistem rantai dingin ini belum sempurna, 'cold storage', baik di pabrik maupun di atas kapal supaya bisa menampung banyak ikan yang berkah ini," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement