REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Cuaca berawan menjadi tantangan tim Astrofotografi Universitas Brawijaya yang tengah melakukan rukyat dengan astrofotografi dari Kota Semarang. Meski sempat bersahabat pada sesi pengambilan gambar pertama –pukul 15.09 WIB—cuaca cenderung berawan saat pemotretan kedua (matahari tenggelam) dilakukan oleh tim Fakultas Tehnik Universitas Brawijaya ini.
“Secara kasat mata cuaca berawan saat pengambilan gambar kedua, pukul 17.33 WIB,” ungkap Rudy Yuwono ST, Ketua Tim Astrofotografi Universitas Brawijaya, Jumat (27/6). Ia mengungkapkan, timnya mampu melakukan pengambilan gambar pertama dalam kondisi cuaca yang cukup cerah.
Hanya saja hasil pencitraan yang didapatkan menunjukkan pengaruh sinar matahari masih sangat kuat (brightness) dan masih terus diproses digital imaging di komputer. Pada pengambilan gambar saat matahari tenggelam, lanjutnya, cuaca cenderung berawan. “Sehingga --secara visual-- hilal belum tertutup,” jelasnya.
Kini, lanjut Rudy, tim masih mengolah hasil ke-dua pencitraan ini dengan teknologi digital imaging di komputer. Sehingga Tim Astrofotografi Universitas Brawijaya) belum dapat menyimpulkan hasil pengambilan gambar, yang dilakukan dari Patra Hotel Semarang ini.