REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) bagi enam golongan bakal membuat industri tekstil gulung tikar. Ketua Asosiasi Tekstil Indonesia Ade Sudrajat mengatakan, industri terpaksa menaikkan harga jual hasil akhir tekstil.
"Ya bangkrut. Mau tidak mau harus menaikkan harga, tapi apa pasar mau menerima kenaikan harga?" Ujar Ade saat dihubungi ROL, Senin (30/6).
Listrik merupakan komponen penting dalam industri tekstil. Dari hulu ke hilir, listrik berkontribusi besar dalam beban operasional industri ini. Di hulu, kata Ade, 20-25 persen beban industri adalah listrik. Di pemintalan, beban listrik mencapai 17 persen sampai 20 persen. Angka yang hampir serupa juga dijumpai pada perajutan.
Artinya, kenaikan listrik bakal menaikkan beban operasional industri tekstil. Pada akhirnya, industri yang tak mampu bertahan bakal gulung tikar.
Ade mengatakan, produk akhir mau tidak mau terpaksa dinaikkan 30 persen. Namun demikian, industri perlu menimbang apakah kenaikan ini dapat diterima oleh pasar atau tidak. "Takutnya pasar tidak mau. Daripada beli tekstil lokal, lebih baik impor karena lebih murah," ujar Ade.
Tahun lalu, pemerintah juga sudah menaikkan TDL. Dampaknya masih terasa, kata Ade, yaitu tumpukan utang yang masih harus dibayar industri. Kenaikan TDL kali ini bakal membuat utang semakin membengkak.