REPUBLIKA.CO.ID, ARBIL-– Pemimpin wilayah otonomi Kurdistan Irak akan menggelar referendum kemerdekaan dalam beberapa bulan ke depan. Masoud Barzani mengatakan Irak sudah terpecah. Ia mengatakan meskipun kemerdekaantelah direncanakan, mereka akan tetap berperan dalam solusi politik mengatasi krisis negara tersebut.
“Yang terjadi akhir-akhir ini menunjukan bahwa ini adalah hak warga Kurdistan untuk meraih kemerdekaannya,” kata Barzani.
“Mulai sekarang, kami tidak ingin menyembunyikan tujuan kami. Irak mulai terpecah sekarang. Apakah kami harus tetap berada di situasi tragis ini? Bukan saya yang akan memutuskan kemerdekaan ini. Tapi warga Kurdistan. Kami akan menggelar referendum dalam beberapa bulan,” jelasnya.
Sementara itu, parlemen Irak bertemu untuk pertama kalinya sejak pemilu April lalu dan ditengah-tengah pemberontakan ISIL. Oposisi Irak dalam beberapa akhir ini telah menguasai sejumlah kota di Irak. Bahkan mereka telah menyatakan negara Islam di wilayah yang dikuasainya.
Kemerdekaan Kurdistan ini didukung oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dunia internasional pun, termasuk Turki dan Amerika Serikat tetap menentang pecahnya Irak. Sementara itu, dilaporkan terjadi pertempuran terbaru antara pemberontak ISIL dan pasukan pemerintah di kota Tikrit.
Para saksi mengatakan serangan udara pun telah terjadi dan istana mantan Presiden Saddam Hussein telah diserang.
[removed][removed] [removed][removed]