REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negri Rusia, Sergei Lavrov, Selasa (1/7) memperingatkan babak baru pertumpahan darah di Ukraina akan terjadi. Lavrov mendesak Ukraina segera menghentikan operasi militer melawan kelompok pro-Rusia yang telah dimulai kembali.
Dalam sebuah pernyataan, Lavrov menyatakan keputusan Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, untuk menghentikan gencatan senjata, sangat tidak tepat. Hal ini, menurutnya, akan memberi konsekuensi pertumpahan darah lebih besar terjadi di negara tersebut.
"Lavrov menekankan keputusan Poroshenko yang menghentikan gencatan senjata dan memulai operasi militer kembali, akan membuat konsekuensi besar bagi Ukraina," ujar pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Rusia, dilansir Reuters, Selasa (1/7).
Lavrov juga menyatakan hal ini pada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry, bahwa operasi militer Ukraina dapat berdampak sangat buruk. Selain pertumpahan darah, Lavrov mengatakan keputusan Ukraina semakin menjauhkan perundingan damai yang hendak dicapai dengan Rusia.
Kerry dikatakan telah memberi jaminan untuk mencegah pertumpahan darah yang semakin besar terjadi di Ukraina.
AS akan berusaha menemukan resolusi damai antara Ukraina dan kelompok separatis pro-Rusia. Meski demikian, AS mengakui berbagai perbedaan harus dapat diterima untuk mencapai hal tersebut.