REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bowo Pribadi
Berusia lebih dari seabad, bubur ini cocok untuk berbuka karena teksturnya lembut.
Di masa lalu, bubur ini hanya dinikmati oleh warga keturunan Koja di Kampung Pekojan. Tapi kini, masyarakat dari berbagai kalangan dapat menikmati kelezatan sajian ini.
Tak perlu repot-repot memasak sendiri, cukup datang dan berbuka bersama di Masjid Jami Pekojan. Di sana, kaum dhuafa, musafir, dan warga setempat berbaur dan bersama-sama menikmati kelezatan bubur itu.
Selain mereka, tak sedikit orang dari luar kota yang sengaja datang ke masjid ini untuk menikmati semangkuk bubur gurih yang dibuat berdasarkan resep berusia lebih dari seabad.
''Selama porsi pembuatannya mencukupi, pasti semua kebagian. Namun pernah, karena peminatnya terlalu banyak, tidak semua kebagian iftar ini,'' tutur Yunan.
Adalah Muthia, warga Pekalongan, yang pernah sengaja datang ke Masjid Jami Pekojan hanya untuk mengobati rasa penasarannya terhadap bubur india.
Wanita berusia 29 tahun ini mengetahui informasi tentang bubur india dari cerita teman-temannya. Ia pun penasaran dan ingin merasakan kelezatan bubur tersebut di Masjid Jami Pekojan.
Menurut dia, bubur ini sebenarnya tak jauh beda dengan bubur beras yang banyak dijual di berbagai tempat. Namun, Muthia tak menampik bubur india memiliki cita rasa yang khas. Aroma dan rasa rempahnya sangat kuat. Bubur ini juga sangat gurih karena diolah menggunakan santan.
Berbuka dengan bubur india terasa nikmat dan lengkap karena disajikan pula kurma dan susu cokelat. Entah mengapa, perut ini langsung terasa kenyang, padahal hanya menyantap semangkuk bubur dan segelas cucu cokelat hangat.
Tak mengherankan jika Muthia selalu merindukan bubur india, iftar legendaris yang hanya ada di Masjid Jami Pekojan. Bagaimana dengan Anda?