REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Ahmad Satori Ismail
Ramadhan merupakan bulan panen pahala. Ibadah wajib dilipatgandakan 70 kali lipat dan sunah disejajarkan dengan ibadah wajib. Pada bulan suci ini, Allah SWT memberikan sarana menghapus dosa pada masa lampau.
Di antara sarana itu, yakni shalat Tarawih. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menunaikan qiyam Ramadhan (sebulan penuh) dengan keimanan (meyakini pahala yang dijanjikan Allah) dan mencari pahala dari Allah maka dosanya yang terdahulu akan diampuni.” ( HR al-Bukhari dan Muslim).
Dosa yang diampuni, menurut Ibnu Al Mundzir, mencakup dosa besar dan kecil. Berbeda dangan An-Nawawi yang mengatakan, dosa yang kecil saja yang dihapus melalui shalat malam tersebut. Kendati demikian, shalat Tarawih memperingan dosa besar.
Shalat Tarawih, termasuk qiyamullail yang menjadi kebiasaan atau amalan rutin orang saleh. Shalat Tarawih hukumnya sunah muakkadah (yang dikukuhkan).
Itu berdasarkan hadis dari ‘Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW shalat di masjid, lalu diikuti orang banyak. Pada hari kedua diikuti lebih banyak, kemudian pada hari ketiga para sahabat berkumpul banyak, tetapi Rasulullah tidak keluar.
Pada pagi harinya beliau bersabda, “Aku melihat apa yang kamu sekalian lakukan, tidaklah ada yang mencegahku untuk keluar, kecuali karena aku khawatir shalat Tarawih diwajibkan atas kamu.” (Muttafaq alaih).
Ibadah ini merupakan taqarrub kepada Ilahi yang paling agung pada bulan suci. Al-Hafidz Ibnu Rajab berkata, “Seorang mukmin pada bulan Ramadhan menggabungkan dua jihad untuk melawan nafsunya; jihad siang hari melalui puasa dan jihad malam hari melalui qiyamullail. Barang siapa yang menggabungkan dua jihad ini maka pahalanya akan diberikan tanpa hitungan.”
Rasulullah SAW tidak membatasi jumlah rakaat shalat malam. Umar RA dan para sahabat melakukan shalat Tarawih 20 rakaat selain witir.
Mereka bersandar pada hadis Nabi SAW, “Shalat malam dua rakaat, dua rakaat, apabila salah seorang dari kamu khawatir masuk waktu Subuh, menutupnya dengan witir satu rakaat.” (HR al-Bukhari).
Dalam hadis ini tidak ada pembatasan rakaat. Dan, mereka merupakan generasi yang memahami sunah Rasulullah SAW.
Selama Ramadhan, kita harus berusaha maksimal menunaikan Tarawih setiap malam dengan berjamaah sampai usai agar mendapatkan pahala qiyamullail semalam suntuk.
Abu Dzar meriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Barang siapa yang menunaikan qiyam bersama imam (berjamaah) sampai selesai maka ditulis pahala shalat malam semalam suntuk.” (HR Imam Ahmad, at-Turmudzi, dan disahihkan oleh al-Albani).
Hadis ini dalil disyariatkannya qiyam Ramadhan dengan berjamaah. Dan, ini merupakan sunah Nabi SAW yang diikuti para Khulafa’ar Rasyidin dan sahabat.
Sesungguhnya Rasulullah SWT mendirikan qiyamullail 11 rakaat sekitar lima jam, bahkan terkadang seluruh malam digunakannya untuk qiyamullail. Satu rakaat ditunaikan sekitar 40 menit.
Oleh sebab itu, para as-salaf as shalih terdahulu berusaha memperpanjang rakaatnya sambil mengkhatamkan Alquran dalam qiyam Ramadhan.
Setiap mukmin wajib bersungguh-sungguh mendirikan Tarawih ini, terlebih pada malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan untuk menanti Lailatul Qadar.
Rasulullah menegaskan, “Barang siapa qiyam pada malam al-qadar dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah maka akan diampuni semua dosanya yang terdahulu.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Semoga kita termasuk orang-orang yang serius meraih keutamaan Ramadhan dan qiyam-nya. Aamiin.