Ahad 06 Jul 2014 21:35 WIB

Cuaca Buruk, Nelayan Pangandaran Enggan Melaut

Rep: c61/ Red: Asep K Nur Zaman
Pantai Pangandaran
Foto: PicnicHolic
Pantai Pangandaran

REPUBLIKA.CO.ID,PANGANDARAN – Dua pekan sudah cuaca buruk melanda perairan pesisir Pangandaran, Jawa Barat. Imbasnya banyak nelayan setempat enggan melaut, akibat cuaca buruk itu. Namun, ada sebagian nelayan yang tetap nekad berlayar mencari ikan.  

Salah seorang nelayan, Encep (38 tahun), mengaku cuaca buruk mulai dirasakan dalam sepuluh hari terakhir. Tapi, menurut dia, cuaca saat ini belum mencapai titik terburuk, banyak nelayan yang masih berani melaut.

"Ombak memang sudah mulai tinggi, tapi belum mencapai tertinggi. Sekarang itu cuaca susah ditebak. Semestinya belum banyak angin, eh sekarang banyak angin,"  kata Encep saat ditemui di pinggir pantai sambil membetulkan jaring yang rusak, Ahad (6/7).

Sebetulnya, Encep berani untuk tetap berlayar mencari ikan di pinggir pantai, tapi hasilnya tidak akan banyak. Sebab, jika cuaca seperti ini ikan sangat sulit didapat, dan hanya membuang-buang solar saja.

Nelayan lain, Wildiansyah Suryana (30), mengatakan, ada beberapa nelayan yang tetap melaut meski kondisi cuaca kurang bersahabat. Menurut Suryana mereka menilai kondisi ombak masih bisa diatasi.

Namun, mereka tidak berani mencari ikan terlalu jauh. Mereka memilih lokasi beberapa mil dari bibir pantai. “Sehingga kalau kebetulan ada ombak tinggi bisa langsung menuju ke daratan,” kata Suryana

Akibat tidak menentunya kondisi cuaca, Suryana mengaku mengalami kerugian. Sebab, mereka tidak bisa mendapatkan ikan yang bisa dijual. Biasanya sekali melaut dirinya mampu membawa pulang hingga 30 kilogram ikan dengan berbagai jenis 

“Kalau cuacanya seperti ini ya kehilangan penghasilan, kalau dipaksain paling cuma dapat 5-10 kilogram saja," kata bapak satu anak itu. 

Suryana meyakini cuaca buruk akan segera berakhir menjelang lebaran nanti. Sehingga tidak mengganggu kebutuhan rumah tangganya untuk Idul Fitri nanti. Apabila cuaca buruk seperti ini terus berlangsung hingga jelang lebaran, dipastikan akan menyulitkan perekonomian keluarganya.

Sementara itu Sekretaris Koperasi Unit Desa (KUD) Minasari, Datam, menyatakan, cuaca buruk menyebabkan kelangkaan ikan di pasaran. Selain karena sejumlah nelayan memilih tidak berlayar, juga hasil tangkapan tidak maksimal. “Walaupun sebagaian nelayan tetap nelayan tapi hasilnya kurang maksimal” tuturnya.

Di samping langkanya ikan membuat  KUD yang dikelolanya mengalami penurunan pendapatan 50 hingga 60 persen. Dalam kondisi normal, transaksi ikan di KUD Minasari sekitar Rp 20-30 juta per hari, dan selama cuaca buruk angka tersebut menurun hingga 60 persen.

Sekretaris KUD Minasari itu berharap cuaca buruk ini akan membaik menjelang Idul Fitri nanti. Sehingga konsumsi ikan dan lobster laut, baik untuk rumah makan dan masyarakat, akan tercukupi.

Di Pangandaran sendiri, kata Datam, sebagian warganya bekerja sebagai nelayan. Wilayah ini memang terkenal sebagai penghasil ikan, yang kemudian didistribusikan ke sejumlah daerah di Priangan seperti Ciamis, Garut, dan Bandung, bahkan untuk lobster masuk pasar mancanegara.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement