REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suasana Ramadhan di Senegal sama meriahnya seperti di Indonesia. Berbagai agenda kegiatan disiapkan umat Islam di sana.
Namun, yang membedakan antara Indonesia dan Senegal soal semarak Ramadhan adalah iklan Ramadhan. Ousman Diallo, warga negara Senegal mengaku di negaranya tidak ada iklan Ramadhan seperti di Indonesia.
“Hal yang tidak pernah ada di negara saya tetapi banyak sekali di Indonesia yaitu mempolitisasi iklan-iklan di televisi mempromosikan produknya dengan bernuansa Ramadhan, selain itu banyak ucapan selamat berbuka maupun selamat Ramadhan. Tak hanya produk iklan saja tetapi banyak tokoh-tokoh politik yang megucapkan selamat Ramadhan di televisi,” ujarnya.
Ousman yang merupakan salah satu mahasiswa S2 di Universitas Padjajaran dengan bidang Akutansi mengungkap masyarakat Senegal akan lebih banyak kegiatan ketika Ramadhan, seperti berbuka puasa bersama, shalat tarawih, I’tikaf hingga kegiatan agama lainnya.
Namun, ada beberapa hal yang ada di Indonesia sama dengan yang ada di negara asalnya. Seperti halnya shalat tarawih ada yang 11 rakaat ada juga yang 23 rakaat, kegiatan berbuka puasa bersama, cuacanya pun tak jauh berbeda dengan di Indonesia. Namun, periode puasa di Indonesia memang lebih pendek dibandingkan di tanah kelahirannya.
“Alhamdulillah, saya tidak menemui kesulitan selama berpuasa disini, justru Alhamdulillah saya tidak meninggal puasa senin-kamis,” lanjutnya.
Ousman bercerita, terdapat tradisi masyarakat Senegal yang wajib dilakukan oleh seorang anak laki-laki yang telah menikah, yaitu ia harus memberikan bingkisan/parcel untuk orang tua dan mertuanya. Jika tidak memberikannya maka hanya akan mendapatkan malu untuk si anak laki-laki.
Selain itu, ada tradisi ketika 10 hari terakhir dalam pelaksanaan I’tikaf yang menjadi Imam shalat Tahajud adalah santri hafidz dari pesantren. Dimana santri tersebut akan menjadi Imam Shalat Tahajud yang dimulai dari jam 01.00 hingga 04.00 pagi.
Dan, jamaah yang mengikuti Shalat Tahajud itu pun tak sedikit dan tak jarang terdapat santri yang masih berusia belasan tahun yang menjadi Imam Shalat Tahajud.