Selasa 08 Jul 2014 14:20 WIB

Ormas Sayap PDIP Kecam Karikatur Jakarta Post

Karikatur Jakarta Post, edisi Kamis 3 Juli 2014.
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Karikatur Jakarta Post, edisi Kamis 3 Juli 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karikatur Harian The Jakarta Post yang terbit pada 3 Juli 2014, terus menuai kecaman keras. Bahkan, ormas sayap PDIP, Baitul Muslimin Indonesia menilai karikatur tersebut menciderai hati dan perasaan umat Islam Indonesia.

"Apa yang terjadi, tidak hanya bentuk kecerobohan, namun sudah merupakan penghinaan terhadap umat Islam Indonesia yang dikenal sangat toleran," kata Sekjen PP Baitul Muslimin Indonesia, Nurmansyah E Tanjung, di Jakarta, Selasa (8/7).

Menurut Nurmansyah, sungguh sangat disayangkan, The Jakarta Post yang dikenal profesional tersebut melakukan kecerobohan dan hanya mengobarkan kebencian.

Baitul Muslimin, sebagai organisasi sayap PDIP menilai karikatur tersebut sangat menyakitkan karena menampilkan simbol-simbol yang bersifat suci dan sakral bagi umat Islam yang ditampilkan secara sinis dan melecehkan.

"Setelah mencermati dengan seksama gambar karikatur di harian The Jakarta Post edisi Kamis, 3 Juli 2014, kami menyimpulkan bahwa koran The Jakarta Post sudah melanggar kode etik jurnalistik," kata Nurmansyah.

Karena itu pihaknya meminta Dewan Pers untuk menegur secara keras kepada the Jakarta Post. "Harian The Jakarta Post segera meminta maaf secara luas kepada umat Islam, atas keteledoran yang dilakukan," katanya.

Pada edisi 3 Juli 2014 lalu, The Jakarta Post menampilkan karikatur yang bermaksud menyindir deklarasi yang dilakukan oleh kelompok pejuang Islamic State of Iraq and Sham (ISIS). Karikatur itu menampilkan gambar seorang komandan kelompok pejuang yang sedang menaikkan bendera Jolly Roger atau bendera hitam bergambar tengkorak khas bajak laut.

Kemudian dalam bendera itu, terdapat tulisan kalimat tauhid "Laa Ilaha Illallah" dan di dalam tengkoran dituliskan kata "Allah" serta "Muhammad". Karikatur tersebut memuat beberapa gambar dengan menampilkan lima orang dengan mata tertutup kain dalam posisi berlutut di tanah dan tangannya terikat di belakang dalam posisi ditodong senjata.

Di belakang ke lima orang itu berdiri seorang pria berjenggot serta bersorban dalam posisi mengacungkan senjata laras panjang ke arah mereka, seolah-olah siap melakukan eksekusi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement