REPUBLIKA.CO.ID,-JAKARTA--Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Senin, mengatakan perunding nuklir negara itu dalam pembicaraan di Wina akan mempertahankan hak bangsa saat berembuk dengan negara kekuatan dunia.
"Kami percaya pada perunding dan yakin mereka tidak akan membiarkan siapa pun merugikan hak nuklir negara ini," kata Khamenei, yang memiliki keputusan akhir pada setiap masalah utama, kata laman resminya.
Dia menyampaikan hal itu setelah menerima para pemimpin negara untuk berbuka puasa Ramadhan.
Kelompok ultra-konservatif di Iran secara teratur mengecam tim perunding nuklir negara itu dengan mengatakan bahwa tim tersebut telah terlalu banyak mengalah pada apa yang disebut sebagai kelompok P5+1 yaitu Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Rusia, Tiongkok, dan Jerman.
Putaran penentu dari negosiasi terakhir terkait program nuklir kontroversial Republik Islam tersebut dimulai pada Kamis di ibukota Austria menjelang batas waktu 20 Juli.
Tujuannya adalah untuk mencapai sebuah kesepakatan damai yang menjamin program Iran, setelah satu dasawarsa ketegangan international.
Kesepakatan yang dicari oleh Iran dan P5+1 akhirnya akan mengurangi kekhawatiran bahwa Iran akan mengembangkan persenjataan nuklir dan menghentikan pembahasan tentang perang.
Sebagai gantinya, sanksi ekonomi terhadap Teheran akan dicabut.
"Kebutuhan masa depan negara harus diperhitungkan dalam pembicaraan tersebut," kata Khamenei.
Iran berusaha untuk terus memperkaya uranium pada tingkat industri guna menghasilkan bahan bakar nuklir untuk pembangkit listrik.
Saat ini Teheran memiliki satu stasiun pembangkit nuklir, tetapi tengah bernegosiasi dengan Rusia untuk membangun sekurang-kurangnya empat lagi.
Amerika Serikat dan Israel menuduh Iran berusaha untuk memiliki persenjataan atom, menggunakan pembangkit nuklir sipil sebagai kedok, tetapi Teheran selalu menyangkal hal ini.
Khamenei juga mengatakan bahwa negara-negara besar pada akhirnya akan menyetujui ambisi nuklir Iran, demikian AFP.