REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Prof Dr Taufik Abdullah menyatakan siapapun pemimpin yang terpilih dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 harus bisa mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai Pembukaan UUD 1945.
"Dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, kita tidak hanya hidup dalam masa lalu dan sekarang, tetapi juga berpikir ke depan," katanya kepada Antara ketika ditemui di Kompleks Menteri/Pejabat Widya Chandra, Jakarta, Rabu, terkait pemungutan suara dalam pemilu.
Nilai-nilai Pembukaan UUD 1945 seperti mencintai Tanah Air, meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta menjaga perdamaian dunia, menurut Ketua Komisi Sosial Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) itu, bisa terliput oleh adanya kehidupan bangsa yang cerdas.
"Untuk mewujudkannya, mempelajari lagi Pembukaan UUD 1945 menjadi hal penting karena sifatnya yang fundamental," ujar lulusan Master dan Doktor dari Universitas Cornell, AS, itu.
Taufik Abdullah yang menjadi Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2000-2002 menekankan bahwa kehidupan bangsa yang cerdas merupakan permasalahan strategis yang harus segera dirumuskan formulanya oleh pemimpin baru berdasarkan Pancasila.
Cerdas yang berdasarkan Pancasila maksudnya dilandasi oleh kelima sila dasar negara Indonesia, seperti kecerdasan yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, dan seterusnya.
"Pendidikan hanyalah satu cara. Pendidikan bisa membuat orang pintar tapi belum tentu menghasilkan orang cerdas yang bisa mempertimbangkan segala hal," ujar penerima Bintang Jasa Utama Republik Indonesia itu.
Ia mencontohkan, keadilan versi seseorang bisa berbeda dengan keadilan orang lain, begitu juga dengan kebenaran yang kalau dipertemukan bisa menghasilkan konflik.
"Jika memiliki kehidupan bangsa yang cerdas, perbedaan-perbedaan itu akan diatasi dengan cara yang baik untuk kepentingan semua pihak," kata ayah tiga anak yang pernah menjabat Ketua Komite Eksekutif Program Kajian Asia Tenggara itu.