Oleh Ustaz Erick Yusuf*
Setelah terkejut sekaligus bingung melihat betapa luluh lantaknya pasukan jogo bonito Brasil yang notabene sebagai tuan rumah dilumat Der Panzer Jerman dengan skor 7 – 1, esoknya berlanjut ke dalam kebingungan dikarenakan hasil quick count yang tidak seragam bahkan sangat bertolak belakang.
Saya pikir, hari ini saya akan melihat hasil quick count dari berbagai lembaga survei sebagaimana akhir pertandingan bola Brasil versus Jerman yang penuh dengan drama. Ada kegembiraan sekaligus tangisan, ada kemenangan sekaligus kekalahan sebagaimana takdir sebuah pertandingan.
Tapi tetap dengan jiwa sportivitas tinggi menerima semua hasil di atas lapangan dengan berbesar hati. Namun, semakin malam semakin membingungkan, sebagian lembaga survei memenangkan salahsatu capres sebagian lagi memenangkan yang lainnya. Dimana lembaga survei yang akurat, yang datanya tidak dimanipulasi?
Na’udzubillah, kali ini saya benar-benar khawatir. Ini berpotensi konflik, suhu politik kali ini terasa naik. Ingatlah kembali ketika kita berbeda pendapat itu karena kita sedang mencari yang terbaik. Bukan untuk saling tuding, bukan untuk berhadapan dan bermusuhan, tetapi justru berbeda karena upaya menegakkan kebenaran, berbeda untuk akhir yang beriringan bersama. Bersama mengawal nasib yang kita pilih untuk kita tegakkan.
Teringat hadis Nabi SAW, “Al muslimu kalbunyaanin yasud’du ba’duhum ba’do” seorang mukmin terhadap yang lainnya seperti bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lainnya.” (HR Bukhari – Muslim).
Ada juga hadis yang menyatakan, “Perumpamaan mukmin dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu satu tubuh, apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuhnya turut merasakan hal yang sama, sulit tidur dan merasakan demam.” (HR Muslim). Atau, “Tidak beriman seseorang dari kalian hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari-Muslim).
Ah, inilah kiranya yang sekarang mesti dihidupkan dalam hati kita dalam berbangsa dan bernegara. Sudah saatnya kita tinggalkan keberpihakan. Kita sudah memilih kemarin, mari kembali bersama-sama, mengawal segala hasilnya. Saatnya saling berpegang tangan untuk menunggu hasil yang positif. Kita buktikan bahwa siapa pun pemenangnya, itu adalah kemenangan kita bersama. Sekaligus kekalahan adalah kekalahan bersama.
Mari para dai dan ulama, para tokoh masyarakat dan artis-artis, mari semua masyarakat untuk saling mengingatkan dengan segala cara untuk saling menghormati. Jangan membuat pesta kemenangan yang membuat yang lain tersinggung, jangan lagi mengeluarkan pernyataan yang memprovokasi, jangan juga cepat terprovokasi.
Hentikan segala cacian, segala ungkapan yang menyakitkan. Jangan mau dibelah, jangan terbelah, semua nanti akan kalah. Jangan mau diadu domba, jangan seperti kurusetra, na’udzubillah. Jangan beri peluang provokator memprovokasi. La taghdab, jangan marah, wa lakal jannah, surga bagimu. Insya Allah.
Ya Rabb dengan kekuatan Ramadhan lembutkanlah hati bangsa ini. Ya Rabb berikan pemimpin yang terbaik bagi kami, pemimpin yang mencintai-Mu, mencintai kami, sekaligus kami pun mencintainya. Satukan kami di dalam cinta-Mu Ya Rabb. Ya Rabb, jadikan negeri ini baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Amin.
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.
*Pimpinan lembaga dakwah iHAQi, penulis buku 99 Celoteh Kang Erick Yusuf.