REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Keberlangsungan eksistensi pesantren tergantung pada keberhasilan kyai melakukan regenerasi dalam keluarga. Banyak pesantren yang tetap eksis karena putra putri kyai sukses dalam melestarikan pesantren dalam kehidupannya. Namun banyak juga pesantren yang terpaksa ditutup, karena tidak ada generasi penerus yang mampu menjadi pengasuh atau keluarga kyai gagal dalam melakukan regenerasi.
Demikian hasil penelitian HM Chabib Thoha (60), Dosen IAIN Walisanga Semarang yang terangkum dalam desertasi berjudul “Keluarga Sukses Pada Masyarakat Pesantren – Model Pendidikan K.H. Bisri Musthofa dan K.H. Masruri Abdul Mughni.” Desertasi ini dipertahankan di depan tim penguji Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kamis (10/7).
Berdasarkan penelitiannya, HM Chabib Thoha mengusulkan agar institusi keluarga dibangun bukan sekedar sebagai lembaga yang hanya digunakan untuk beristirahat, makan, minum dan sebagainya. Tetapi hendaknya keluarga harus menfungsikan dirinya sebagai model sekolah pertama bagi anak.
“Itu artinya, orang tua harus benar-benar mendidik anak dari rumah sebagai lingkungan belajar pertama bagi anak. Bagi pemerintah, ada baiknya dalam menggulirkan program KB didesain menjadi keluarga yang berkualitas. Karena dalam keluarga berkualitas bisa lebih menunjukkan sisi target yang jelas,” kata Chabib.
Bagi lembaga pendidikan, lanjut Chabib, diupayakan secara serius menguatkan bangunan sinergitas positif antara sekolah dan orang tua anak. Sehingga perkembangan anak dapat diketahui bersama-sama antara sekolah dan orang tua anak. “Ketika menemukan permasalahan dapat dipecahkan bersama-sama,” kata Chabib.