REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nasrullah
Pada Kamis (10/7) siang itu, seperti hari-hari sebelumnya rudal-rudal Israel tak henti-hentinya membombardir Kota Gaza. Asap tebal menyelimuti awan jalur wilayah yang pernah diduduki Zionis hingga 2005 tersebut.
Terdengar suara ledakan bersautan di kota yang menjadi pusat Intifada Pertama dan Kedua itu. Api membumbung tinggi, dentuman mesiu menghancurkan sejumlah bangunan dan memakan puluhan korban jiwa yang tak berdosa.
Muqorrobin al-Fikri, relawan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, dengan seorang relawan lainnya tengah berada di lantai dua rumah sakit yang berlokasi di Bait Lahiya. al-Fikri juga sembari mengerjakan laporan berita untuk MER-C di Jakarta dan tentunya, berbagi kabar untuk segenap rakyat Indonesia perihal kondisi akhir di Gaza.
Blarrrrr!!! Suara ledakan itu tak seperti biasanya. Keras, diiringi dengan suara jet tempur pabrikan Paman Sam, F-16 yang melesat, lalu menghilang di langit Gaza. Terdengar suara kaca pecah dan benda keras berjatuhan. Lantai tempat mereka berpijak tiba-tiba bergetar kencang.
"Allahuakbar!" teriak para relawan yang bertahan di dalam RSI tutur al-Fikri kepada Republika Online, Kamis (10/7) melalui pesan BlackBerry Messanger (BBM).
"Ketika itu juga kami menjauhi jendela dan berlindung," katanya menambahkan. Kali ini, lokasi rudal itu mendarat, cukup dekat dengan RSI, sekira 30 meter. Biasanya, hanya jatuh di radius 100 meter. Tak ada yang berani keluar dan memastikan apa yang terjadi.
Semua relawan diinstruksikan tetap berdiam diri di dalam RSI. Hingga suasana relatif aman, para relawan mengecek dampak serangan kali ini. Kerusakan cukup parah di beberapa ruangan, terutama di bagian atap (plafond), sejumlah jendela juga mengalami hal serupa.
Namun, bagi al-Fikri kejadian itu tak membuat nyali dan ghirah para relawan menciut. Mereka tetap bertahan di bawah bayang-bayang rudal yang tiap sekian menit meledak, tak jauh dari tempat mereka tinggal.
Suasana di sekitar Gaza pun mulai memprihatinkan. Aktivitas warga terhenti. Pusat-pusat keramaian, pasar, perkantoran, dan sekolah-sekolah urung beroperasi. Al-Fikri dan puluhan relawan RSI, bertahan dengan stok makanan yang masih tersisa. "Kami akan tetap kuat, karena ini jalan jihad dan syahid, jika Allah SWT ridhai," katanya.