Senin 14 Jul 2014 12:52 WIB

Badai Rammasun Pengaruhi Intensitas Hujan di Indonesia

BMKG
BMKG

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Badai tropis Rammasun yang muncul di sekitar Filipina menyebabkan perubahan pola angin di wilayah Indonesia, sehingga terjadi peningkatan intensitas curah hujan, termasuk di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sejak beberapa hari terakhir.

"Dalam dua hari terakhir, ada peningkatan intensitas curah hujan ringan hingga sedang. Dampak badai ini akan terasa di wilayah Indonesia termasuk DIY hingga tiga atau empat hari mendatang," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, badai tropis Rammasun tersebut mengubah pola angin di wilayah Indonesia yang seharusnya bertiup dari timur ke barat, menjadi dari timur ke utara.

Tony menjelaskan, perubahan pola angin tersebut membuat uap air terkumpul di atas wilayah Indonesia, sehingga terjadi peningkatan intensitas curah hujan dari ringan hingga sedang.

Ia mencontohkan intensitas curah hujan yang turun di DIY pada Minggu (14/7) mencapai 40 milimeter per hari, atau masuk dalam intensitas hujan sedang.

"Saat ini, dampak badai tropis Rammasun sudah tidak berpotensi menimbulkan angin kencang, karena sudah tidak ada perbedaan cuaca yang sangat mencolok," katanya.

Perubahan pola angin tersebut juga menyebabkan meningkatnya tinggi gelombang laut selatan DIY menjadi dua hingga tiga meter atau sedikit lebih tinggi di atas tinggi gelombang normal.

"Untuk suhu udara, tidak terlalu berpengaruh. Suhu udara minimal saat dini hari adalah 23 derajat Celcius, dan suhu udara maksimal 31 derajat Celcius," katanya.

Tony menambahkan, BMKG tidak bisa memperkirakan waktu terjadinya gangguan cuaca jangka pendek. "Gangguan cuaca jangka pendek di wilayah DIY sudah terjadi sejak Juni lalu. Gangguan terjadi silih berganti, sehingga cuaca pada musim kemarau ini kerap diselingi hujan," katanya.

Meskipun terjadi gangguan cuaca, namun Tony menyatakan bahwa saat ini masih masuk musim kemarau, bahkan sudah akan memasuki puncak musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada Agustus mendatang.

Menurut dia, masyarakat perlu mengetahui bahwa kondisi yang terjadi saat ini hanya disebabkan gangguan jangka pendek, bahkan pengaruh El Nino pun masih ada. "El Nino ini akan berdampak pada penurunan curah hujan, sehingga masyarakat harus selalu bersiap-siap," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement