REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam menolak usul gencatan senjata yang diajukan Mesir di Gaza. Malah, mereka mengancam akan meningkatkan konfliknya dengan Israel jika ketentuan itu tidak memuaskan.
"Tidak ada pihak resmi atau tidak resmi menghubungi kami tentang gencatan senjata yang diberitakan di media itu... (tetapi) jika isi dari usul itu benar, itu adalah satu penyerahan dan kami menolaknya," kata Brigade al-Qassam, Selasa (15/7).
"Perang kami dengan musuh itu akan ditingkatkan."
Mesir mengusulkan agar Israel dan Hamas mengakhiri permusuhan pada pukul 006.00 GMT (13.00 WIB) Selasa. Yaitu, setelah tujuh hari pertumpahan darah di Gaza yang menewaskan setidaknya 186 warga Palestina.
Israel dan Hamas terlibat ratusan serangan udara dan roket. Selama serangan itu tidak ada warga Israel yang tewas.
Presiden AS Barack Obama menyambut baik usul Mesir itu. Kabinet Israel pun mengatakan akan bersidan untuk membicarakannya.
Tetapi Hamas menolak menghentikan penembakan roket sampai satu perjanjjian yang luas diberlakukan.
Hamas mengatakan menginginkan blokade Israel atas Gaza dicabut. Termasuk pembukaan tempat penyeberangan perbatasan Rafah dengan Mesir dalam setiap perjanjian gencatan senjata.
Hamas juga menginginkan Israel membebaskan para warga Palestina yang ditahan kembali setelah dibebaskan dalam pertukaran dengan serdadu Israel Gilad Shalit yang diculik pejuang Palestina beberapa tahun lalu.