REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kader lintas generasi Partai Golkar mendesak digelarnya Musyawarah Nasional ke-9 selambat-lambatnya 4 Oktober 2014. Hal itu dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menyelamatkan partai.
Ini beberapa alasan percepatan munas seperti disampaikan kader muda Golkar, Rosdinal Salim.
Pertama, katanya, kegagalan Golkar dalam memenuhi target suara dalam pileg 2014. Perolehan tersebut merupakan yang terendah dalam sejarah golkar sejak era reformasi.
Kedua, lanjutnya, kegagalanGolkar mencapai target politik dalam pilpres 2014. Rendahnya tingkat elektabilitas ketua umum Aburizal Bakrie (Ical) membuatnya tak memperoleh dukungan sebagai capres mau pun cawapres.
Ketiga, ujarnya, keputusan Ical mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa tidak didasarkan argumentasi yang matang, rasional dan terukur. Bahkan, mengesampingkan Jusuf Kalla sebagai cawapres Joko Widodo.
Keempat, reputasi Golkar dianggap semakin terpuruk. Apalagi setelah hitung cepat (quick count) lembaga survei yang menyatakan kekalahan Prabowo-Hatta.
Ia menjelaskan, kegagalan di atas merupakan akumulasi kinerja internal Golkar yang tak mencerminkan kepemimpinan dan manajemen partai politik modern. Karena tidak mengedepankan prinsip demokrasi dan keterbukaan.
Terakhir, ujarnya, keputusan dan kebijakan penting dan strategis partai tidak melalui mekanisme rapat harian atau pleno. Melainkan dalam pertemuan tertutup dalam lingkungan terbatas.
Akibatnya, kinerja politik Golkar cenderung oligarkis dan otoriter. Serta tidak mempertimbangkan kepentingan partai secara keseluruhan.