Rabu 16 Jul 2014 11:02 WIB

AS 'Naksir Berat' Teknologi Iron Dome Israel

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Bilal Ramadhan
Iron Dome Israel melepaskan tembakan untuk menangkal gempuran roket-roket Gaza. (ilustrasi)
Foto: Reuters/Amir Cohen
Iron Dome Israel melepaskan tembakan untuk menangkal gempuran roket-roket Gaza. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Amerika Serikat (AS) sepertinya juga menaruh minat tinggi akan teknologi anti-rudal Israel, Iron Dome, sehingga rela berkontribusi hingga hampir satu miliar dolar AS untuk Israel. Iron Dome yang membuat Israel aman dari ratusan roket Hamas.

Setelah usulan gencatan senjata antara Israel dan Palestina gagal, Israel berjanji akan mengintensifkan serangannya ke Gaza. Mendukung hal tersebut, Raytheon, raksasa kontraktor pertahanan terbesar AS setuju untuk menambah pendanaan untuk Iron Dome sebesar 170 juta dolar AS.

Total bantuan AS untuk pengembangan program Iron Dome ini sudah mencapai 720 juta dolar AS. Mengutip dari AFP yang dilansir dari Foreign Policy, Rabu (16/7), anggota parlemen AS secara jelas menginginkan produksi Iron Dome dipindahkan ke AS untuk menciptakan lapangan kerja dan pendapatan baru bagi perusahaan-perusahaan di Negeri Paman Sam itu.

Raytheon adalah perusahaan tunggal yang berbisnis dengan Iron Dome. Perusahaan yang berbasis di Massachusetts ini telah meneken perjanjian sebagai subkontraktor dengan Rafael, perusahaan pertahanan Israel yang memproduksi Iron Dome.

Pada Maret 2014, AS dan Israel menandatangani kesepakatan kerjasama Rafael-Raytheon. Kesepakatan itu membuka jalan bagi 30 persen produksi Iron Dome di AS pada 2014 dan 55 persen pada 2015. Sebelum perjanjian itu diteken, hanya tiga persen dari dana AS di proyek Iron Dome yang dihabiskan untuk membeli komponen pembuatannya di AS.

Untuk 2015, Pentagon mengajukan pendanaan 175 juta dolar AS untuk Iron Dome, namun pemerintah Israel pergi ke Capitol Hill musim semi ini dan meminta Kongres AS melipatgandakan jumlanya.

"Alasan mereka untuk ini adalah kebutuhan biaya transfer produksi ke AS," ujar Juru Bicara Kedutaan Besar Israel di Washington, Kerry Brodie.

Pada sidang Senat AS Selasa kemarin, mereka akhirnya menimbang dan sepakat untuk menggandakan 175 juta dolar AS itu mulai tahun depan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement