REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hal yang sangat wajar bila anak-anak bercita-cita setinggi mungkin, seperti ingin menjadi dokter hingga pengusaha.
Namun, hal yang berbeda apabila mendengar cita-cita anak-anak Gaza. Kebanyakan mereka bercita-cita menjadi menjadi pejuang al-Qassam yang membela Palestina.
Hal tersebut diceritakan oleh, Sunaryo Adiyatmoko, Penanggung jawab program Daarul Quran, ketika mengunjungi Republika, Rabu (16/7).
Ia menuturkan, menjadi seorang pejuang al-Qassam adalah motivasi terbesar yang membuat mereka semangat menghafalkan Alquran, selain sebagai budaya yang sangat dijaga oleh rakyat Palestina.
"Mereka menghafalkan Alquran dimana pun, di masjid hingga di tempat reruntuhan pasca peluncuran roket Israel. Dan tak hanya beberapa anak saja yang ingin menjadi pejuang, tetapi hampir setiap anak yang saya temui menjawab hal yang sama," ujarnya.
Anak-anak Palestina sangat termotivasi dengan para pejuang al-Qassam yang telah jihad dan meninggal dunia dalam keaadaan syahid membela tanah kelahiran. Tanah yang termasuk salah satu tanah suci untuk Islam, karena di sana letak kiblat pertama kaum Muslim yaitu Masjidil Aqsha.
Menurut Sunaryo, keseharian bocah-bocah Gaza yang melihat roket maut Israel membuat mereka semakin kuat ingin membela Palestina. Dan menjadi pejuang al-Qassam menjadi impian dan cita-cita mereka.
Pria yang beberapa kali ke Gaza untuk misi kemanusiaan itu mengatakan, memang benar perekrutan menjadi pejuang al-Qassam sangat sulit dan benar-benar diseleksi ketat. “Salah satu syaratnya adalah harus hafal Alquran 30 juz, selain memiliki fisik dan batin yang kuat.”