Sabtu 19 Jul 2014 20:29 WIB

Pengamat: Presiden Harus Jaga Peralihan Kepemimpinan Nasional

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: antara
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Makmur Keliat meminta pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berupaya mendayagunakan seluruh kapasitas kelembagaan yang ada untuk meletakkan tradisi peralihan kepemimpin nasional yang baik.

"Presiden SBYakan meninggalkan warisan politik demokratis yang baik bila secara faktual dapat menjamin bahwa seluruh proses rekapitulasi suara hingga pengumuman akhir oleh KPU nasional berjalan sesuai dengan tahapan dan prosedur yang telah dirancang dan berlangsung secara sejujur-jujurnya," kata dosen Universitas Indonesia (UI) itu dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu.

Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintahan SBY harus segera mengambil langkah-langkah kebijakan untuk menetralisir secara efektif dan segera jika terdapat tekanan-tekanan, baik berupa mobilisasi simbolik kultural maupun massa terhadap proses rekapitulasi suara KPU yang tengah berlangsung.

Makmur mengatakan seluruh kekuatan politik demokratik, terutama partai-partai yang telah berperan dalam proses pemilu legislatif yang lalu dan telah berhasil menempatkan wakil-wakilnya di DPR harus pula menyadari bahwa tahapan konsolidasi demokrasi di Indonesia kini tengah berada dalam momentum yang sangat penting.

Ia menyebutkan, partai-partai itu harus ikut mengambil langkah-langkah untuk tidak memperlambat dan mencederai mekanisme prosedural yang tengah dilakukan KPU.

"Harus terdapat kesadaran,terutama di antara anggota legislatif yang telah terpilih dalam pileg yang lalu, bahwa kegagalan KPU untuk mewujudkan secara efektif perhitungan suara pilpres bukanlah bagian dari kepentingan politik mereka," katanya.

Ia menilai mereka harus menyadari bahwa kehadiranDPR yang baru akanjuga berada dalam posisi yang sangat rawan dan menjadi tidak pasti jika rekapitulasi pilpres terhambat.

Oleh karena itu, kata dia, seperti halnya pemerintah SBY, maka mereka juga harus dapat mendesakkan kepada partai-partainya untuk meredakan situasi yang ada dan mendukung rekapitulasi suara KPU untuk berlangsung secara sejujur-jujurnya dan tidak bekerja di bawah tekanan apapun.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement