Ahad 20 Jul 2014 02:27 WIB

Insiden Pesawat MH17, Masa Depan Malaysia Airlines Suram?

Rep: c87/ Red: M Akbar
Malaysia MH17 di Bandara Schipol, Amsterdam, Kamis (17/7)
Foto: Twitter
Malaysia MH17 di Bandara Schipol, Amsterdam, Kamis (17/7)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Saham Malaysia Airlines ditutup di angka 11 persen di Malaysia. Penurunan harga saham itu terjadi menyusul kecelakaan pesawat MH17 di Ukraina pada rute dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, Kamis (17/7) malam. 

Beberapa pasar saham Asia juga beberapa hari terakhir lebih rendah di tengah kekhawatiran kecelakaan dapat mengintensifkan ketegangan politik antara Barat, Ukraina dan Rusia.

Tahun ini maskapai penerbangan Malaysia mengalami bencana kedua yang melanda setelah penerbangan MH370 menghilang pada Maret 2014. Hal itu memunculkan pertanyaan apakah operator sekarang dapat bertahan hidup.

"Bahkan jika ini adalah murni kebetulan, itu tidak pernah terjadi dalam sejarah bahwa pembawa bendera telah melihat dua pesawat berbadan lebar menghilang dalam beberapa bulan," kata Bertrand Grabowski, kepala penerbangan di DVB Bank, yang bertindak sebagai bankir ke Malaysia Airlines, seperti dilansir BBC, Jumat (18/7) .

"Dukungan dari pemerintah harus lebih eksplisit dan mungkin lebih besar," imbuhnya. 

Perusahaan maskapai penerbangan telah kehilangan uang selama bertahun-tahun dan nilai pasarnya telah menurun lebih dari 40 persen dalam sembilan bulan terakhir.

Laporan menunjukkan bahwa perusahaan investasi negara Khazanah Nasional, pemegang saham utama di perusahaan penerbangan, ingin mengambil operator swasta.

Perusahaan telah menginvestasikan lebih dari 1 miliar dolar AS ke maskapai dalam beberapa tahun terakhir dan sebelumnya telah menunjukkan bahwa restrukturisasi besar berada di kartu.

Para analis mengatakan investasi lebih lanjut diperlukan jika maskapai mau bertahan hidup dalam jangka pendek.

Seorang analis investasi di Maybank di Kuala Lumpur, Mohshin Aziz, mengatakan kepada BBC World Service, tantangan yang dihadapi sekarang Malaysia Airlines yang dapat diatasi. Tanpa dana yang signifikan, katanya maskapai tidak akan bertahan lebih setahun.

Tetapi bahkan jika maskapai itu untuk mengamankan pembiayaan, pertanyaan tentang kelangsungan hidup jangka panjangnya tetap, kata para analis.  "Insiden terbaru ini sekarang akan berkompromi merek dari perspektif Eropa," kata Leo Fattorini, partner penerbangan di Bird & Bird.

"Kau harus bertanya apakah merek dapat bertahan dengan tragedi terbaru ini."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement