REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Menjelang H-4 Idul Fitri 1435 H, volume kendaraan truk barang nonsembako memadati jalan lintas Sumatera (jalinsum), Ahad (20/7). Pengusaha memanfaatkan sisa waktu untuk mengirim barang ke Jawa sebelum H-4, karena di masa tersebut truk barang dilarang menyeberang di Selat Sunda.
Situasi dan kondisi jalinsum ruas Jalan Soekarno-Hatta kota Bandar Lampung, sepanjang Sabtu (19/7) malam hingga Ahad (20/7) siang, terjadi kepadatan jumlah truk barang yang melintas dari kota-kota di Sumatera maupun dari Jawa. Kemacetan sering terjadi di perempatan lampu merah baik di Kalibalok, Waykandis, sampai bundaran tugu Rajabasa.
Kondisi kemacetan juga terjadi di Pasar Natar dan menjelang Jembatan Tegineneng. Truk-truk yang melintas dari arah Bandar Lampung ke arah Kotabumi (Lampung Utara) dan Menggala (Kabupaten Tulangbawang), terpaksa berjalan lambat.
Ruas jalan banyak dimanfaatkan untuk parkir dan tempat "ngetem" angkutan kota di pasar Natar, dan di Tegineneng jalan menyempit karena ada warga menggelar sumbangan di badan jalan.
Menurut Feri, pengusaha furnitur di Bandar Lampung, ia terpaksa menerima pesanan barang dari Jawa sepekan bisa dua kali. "Katanya H-4 tidak boleh menyeberang lagi, jadi kami drop saja barang, untuk Lebaran," kata pengusaha furnitur jati Jepara yang berlokasi di Jalan Raden Imba Kesuma.
Yudi, sopir truk barang nonsembako asal Baturaja, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, terpaksa lembur untuk mengantarkan barang ke Bandung. Pasalnya, kata dia, sebelum H-4 barang sudah bisa diterima dan dapat kembali pulang.
"Jangan sampai menginap di jalan karena dilarang menyeberang di Bakauheni," ujarnya.