Senin 21 Jul 2014 03:52 WIB

Tim Investigasi PBB Tak Dapat Kunjungi Lokasi Jatuhnya MH17

Rudal yang menembak jatuh MH17
Rudal yang menembak jatuh MH17

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tim investigasi PBB telah tiba di Ukraina untuk membantu penyelidikan mengenai jatuhnya pesawat MH17 milik Malaysian Airlines namun tidak dapat mengunjungi tempat kejadian perkara karena persoalan keamanan, demikian seorang sumber dari badan penerbangan PBB mengatakan pada Ahad.

Badan bernama International Civil Aviation Organization (ICAO) yang berkantor di Montreal itu turut ambil bagian dalam upaya untuk menyelidiki tragedi yang menyebabkan tewasnya 289 orang dan diduga tertembak rudal pada Kamis di bagian timur Ukraina, lapor Reuters.

Bagian timur Ukraina merupakan daerah konflik antara kelompok separatis yang ingin bergabung ke federasi Rusia dengan pemerintah pusat di Kiev. Dua belah pihak sampai saat ini saling menyalahkan.

Seorang pejabat senior ICAO kepada Reuters mengatakan bahwa karena persoalan keamanan, dua orang penyidik yang saat ini berada di Ukraina belum dapat mengunjungi tempat jatuhnya pesawat.

"Tidak ada orang yang diizinkan untuk mengakses tempat kejadian perkaran karena persoalan itu," kata sumber yang meminta indentitasnya dirahasiakan itu.

"Kami tidak akan mengirim orang ke wilayah dengan situasi seperti itu kecuali jika keamanan telah pulih," kata dia.

ICAO memutuskan untuk mengirim tim penyidik ke Ukraina setelah munculnya permintaan dari pemerintah setempat.

Pada saat yang sama, maskapai penerbangan Emirates pada Ahad mendesak digelarnya pertemuan internasional antar maskapai untuk merundingkan perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk mengatasi tantangan instabilitas regional.

Sementara itu sejumlah pejabat Malaysia mengatakan bahwa ICAO telah mengizinkan rute yang diambil--meskipun sebenarnya badan penerbangan PBB itu tidak mempunyai kewenangan mengenai hal tersebut.

ICAO menegaskan bahwa "bukan merupakan pekerjaan kami" untuk memperingatkan maskapai mengenai bahaya rudal.

Di Ukraina, ICAO bertugas untuk mendapatkan informasi dari alat perekam data pesawat. Mereka juga akan meninjau rekaman kontrol lalu lintas udara, mempelajari sistem pelacakan radar, mendapatkan gambar dari satelit, dan membentuk tim forensik.

Mengingat hal tersebut, mantan kepala penasihat badan penerbangan Amerika Serikat (FAA) Kenneth Quinn mengatakan bahwa ICAO menghadapi tugas berat karena terdapat dugaan telah dipindahkannya sejumlah bukti penting.

"Ini adalah tugas yang berat bagi semua tim penyidik karena sepertinya tempat kejadian perkara telah diubah," kata Quinn.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement