REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali mencatat perolehan devisa dari perdagangan ekspor aneka kerajinan berbahan baku bambu buatan masyarakat Bali sudah menembus angka 10,8 juta dolar AS selama Januari--Mei 2014.
"Ini artinya kreativitas perajin bambu Bali, terutama yang berada di Desa Blega, masih mendapat tempat di hati konsumern luar negeri, terutama ke Amerika Serikat, Eropa, dan Australia," kata Made Darma, pengusaha kerajinan bambu di daerah "gudang seni" Kabupaten Gianyar, Rabu (23/7).
Perolehan devisa tersebut, kata dia, menandakan bahwa krisis ekonomi global--yang masih dirasakan masyarakat dunia--tidak berpengaruh terhadap perdagangan luar negeri barang kerajinan berbahan baku bambu, atau tetap mengalir ke pasaran ekspor.
Made Darma menilai data resmi yang dikeluarkan Disperindag Bali juga menunjukkan bahwa perolehan devisa sebanyak itu mengalami peningkatan yang segnifikan, yakni 365 persen jika dibandingkan dengan periode lima bulan pertama 2013 hanya terjual seharga 2,3 juta dolar.
Bertambah banyak kerajinan itu ke luar negeri tentu berkat masyarakat kreatif dalam menciptakan rancang bangun (desain) yang diinginkan pasar, seperti kursi dan meja tamu berbahan baku bambu kemudian dipadukan dengan rotan.
Pengusaha luar negeri, kata Darma, ada yang meminta aneka kerajinan bambu yang bentuknya sesuai gambar atau rancangan yang dibawa dengan bahan baku yang ditentukan sendiri, tentu dengan harga yang disepakati sebelumnya.
Mata dagangan tempat tidur malas yang biasa dibuat menggunakan bahan kayu jati dan sejenisnya, kini bisa dibuat dengan bahan baku bambu, ternyata hasil sentuhan perajin Bali sangat disenangi serta dibeli oleh konsumen luar negeri.
Makin laris aneka kerajinan berbahan baku bambu menyebabkan perajin Bali kesulitan mendapatkan bahan baku sehingga mendatangkan dari Jawa maupun Lombok. Sebab, bambu yang ada di daerah ini semakin terbatas.
Bambu tidak saja dijadikan barang furniture, tetapi juga bisa dianyam dibuat gedek lembaran, supaya tahan terhadap rayap, perajin memolesi lembaran gedek dengan disinfektan. Setelah dijemur, gedek siap diekspor.
Masyarakat Bali yang dinilai kreatif dalam menciptakan barang kerajinan mampu memikat konsumennya dan laku terjual ke pasaran ekspor sehingga tidak mengherankan kalau devisa dari kerajinan bambu terus bertambah banyak.