REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa, Navi Pillay, mengutuk aksi militer Israel di Jalur Gaza. Ia menyebut aksi brutal negara zionis itu bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang. Namun demikian Navi juga mengecam serangan roket membabi-buta dari gerilyawan Palestina, Hamas.
"Sepertinya ada kemungkinan kuat bahwa hukum internasional telah dilanggar, dengan cara yang bisa menjadi kejahatan perang," kata Pillay dalam sidang darurat mengenai serangan Gaza Israel di Dewan HAM PBB, mengutip serangan yang telah menewaskan warga sipil Palestina, termasuk anak-anak.
Dia mengatakan, anak-anak Israel dan warga sipil lainnya juga memiliki hak untuk hidup tanpa ketakutan serangan roket.
"Sekali lagi, prinsip-prinsip perbedaan dan pencegahan jelas tidak diamati selama serangan membabi-buta tersebut di daerah-daerah sipil oleh Hamas dan kelompok Palestina bersenjata lainnya," katanya.
Serangan-serangan Israel menewaskan sedikitnya 13 perempuan dan anak-anak di Gaza, Selasa, kata petugas medis, pada saat tentara Israel mengumumkan kematian dua serdadunya lagi dalam konflik pekan kedua di Gaza, Palestina.
Para korban, yang termasuk di antara hampir 40 pada Selasa saja, menjadikan jumlah korban tewas menjadi lebih dari 600 warga Palestina, menurut layanan darurat Gaza, dan 29 warga Israel - 27 di antaranya tentara dan dua warga sipil juga tewas.
Seorang anak dan tiga wanita, salah satu dari mereka hamil, tewas dalam dua serangan udara Israel terpisah di Zeitun, di Jalur Gaza tengah, dan Beit Hanun, di utara, kata Juru Bicara Pelayanan Darurat Ashraf al-Qudra.
Seorang wanita tua dan kakaknya di antara mereka yang tewas dalam tiga serangan terpisah yang menargetkan Bureij dan Al-Maghazi di Gaza tengah, dan Rafah di selatan. Dan serangkaian serangan udara Israel Selasa pagi menewaskan tujuh orang. Jumlah korban Selasa termasuk 10 perempuan dan tiga anak-anak, menurut Qudra.
Tentara negara Yahudi itu Selasa mengkonfirmasi bahwa seorang prajurit, yang militan Hamas klaim mereka telah diculik, sudah mati dan tubuhnya belum ditemukan.
Pihak militer menyebut tentara, yang tubuhnya masih hilang, sebagai Oron Shaul, dua hari setelah Hamas mengatakan mereka telah menculik seorang tentara Israel dengan nama yang sama.