Kamis 24 Jul 2014 06:51 WIB

Alat Perekam Suara MH17 Rusak

Rep: c88/ Red: Mansyur Faqih
Petugas kepolisian mengamankan kereta berpendingin yang berisi mayat korban pesawat Malaysia Airlines MH17, Selasa (22/7)
Foto: ap
Petugas kepolisian mengamankan kereta berpendingin yang berisi mayat korban pesawat Malaysia Airlines MH17, Selasa (22/7)

REPUBLIKA.CO.ID, INGGRIS -- Investigator di Inggris akan mulai meneliti kotak hitam pesawat MH17 untuk mendapatkan informasi menit-menit terakhir penerbangan. Badan Keamanan Belanda menyatakan, para ahli menemukan kerusakan pada perekam suara. 

Namun, kerusakan itu tidak memengaruhi rekaman. Apalagi membuat rekaman percakapan termanipulasi. Para penyelidik pun akan memulai kerjanya pada Kamis (24/7).

Sementara itu, jenazah korban pesawat MH17 dibawa pada Rabu (23/7) ke Eindhoven dari Ukraina. Jenazah diangkut menggunakan pesawat militer Belanda dan Australia. 

Raja Belanda Willem Alexander, Ratu Maxima, PM Mark Rutte, dan pejabat lain telah menanti di bandara. Selain itu, para keluarga korban juga ikut menunggu di bandara. 

"Jika aku harus menunggu hingga lima bulan untuk proses identifikasi maka aku akan menunggu," kata Silene Fredriksz-Hoogzand seperti dilansir AP.

Silene adalah ayah dari Bryce, seorang korban kecelakaan pesawat MH17. Bryce menjadi korban ketika pergi bersama kekasihnya, Daisy Oehlers. 

"Menunggu kedatangan jenazah saat dalam perjalanan dari lokasi hingga ke sini adalah sebuah mimpi buruk," tambah Silene.

Dari bandara, jenazah akan dibawa ke Hilversum untuk diidentifikasi. Rutte mengatakan beberapa jenazah mungkin dapat diidentifikasi dengan cepat dan segera dikembalikan ke keluarganya. 

Namun, keluarga yang lain mungkin perlu menunggu hingga beberapa pekan sampai memperoleh hasil identifikasi.

Di timur Ukraina, kecelakaan pesawat kembali terjadi. Menteri Pertahanan Ukraina melaporkan, dua pesawat militer telah ditembak jatuh pada Rabu (23/7). 

Lokasi jatuhnya kedua pesawat berjarak 30 kilometer dari lokasi pesawat MH17. Kelompok separatis Republik Donetsk membuat pernyataan di webnya kalau seorang pilot tewas dan yang lainnya tengah dalam pencarian para pemberontak.

Pemimpin pemberontak, Alexander Borodai mengatakan, kelompok separatis memiliki Strela-10M. Senjata ini mampu menembak jatuh target yang berada pada jarak 3.500 meter. 

Pernyataan ini justru bertentangan dengan pengakuan para anggota separatis. Mereka menyangkal tuduhan atas kepemilikan misil yang mampu menembak dalam jarak jauh.

Pada pertempuran darat Rabu, pemimpin pemberontak lainnya Pavel Gubarev membuat pernyataan di Facebooknya. Ia menulis ada 30 anggota pemberontak yang terluka. 

Para korban mundur dari desa-desa di Chervona Zorya dan Kozhevnya. Lokasi itu terletak di perbatasan Rusia dan 45 kilometer jauhnya dari lokasi MH17. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement