REPUBLIKA.CO.ID, REJANGLEBONG -- Sebanyak 182 jemaah Tareqat Naqsabandiyah dari berbagai daerah di Tanah Air mengikuti kegiatan Suluk atau zikir di bulan Ramadhan 1435 Hijiriyah gelombang kedua di Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu.
Menurut wakil ketua panitia Suluk Tareqat Nasabandiyah Curup Kabupaten Rejanglebong, Edi Hermandi Rejanglebong, para peserta pengajian zikir Tareqat Naqsabandiyah yang dilangsungkan di markas Tareqat Naqsabadiyah yang terletak di Desa Suka Datang, Kecamatan Curup Utara itu berasal dari sejumlah kota dan kabupaten di Bengkulu.
Ada juga dari sejumlah daerah di Provinsi Sumsel seperti Kabupaten Musi Banyu Asin, Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas.
"Kegiatan Suluk untuk gelombang kedua ini yang dilangsungkan dari 15 Ramadhan sampai akhir Ramadhan nanti sebanyak 182 jemaah, sedangkan untuk gelombang pertama yang dilaksanakan terhitung mulai awal Ramadhan sampai pertengahan Ramadhan lalu jumlahnya mencapai 684 jemaah," kata Edi Herman, Kamis (24/7).
Pada pelaksanaan Suluk ini kalangan jemaah Tareqat Naqsabandiyah tambah dia, selama berada di tempat itu sepenuhnya melakukan kegiatan keagamaan seperti sholat lima waktu dan melakukan zikir di dalam sekat-sekat dengan ditutupi kelambu agar tidak digigit nyamuk.
Sejauh ini pelaksanaan zikir Suluk ini kata dia, belum ada korban yang jatuh dan hanya ada beberapa yang sempat sakit namun segera diberikan pertolongan medis oleh tim kesehatan yang sudah disiapkan di lokasi pelaksanaan zikir.
Selain itu para jemaah ini sebelum menjalani aktivitasnya dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh petugas sehingga peserta yang sakit dapat segera diobati dari awal kegiatan dan mendapat pengawasan tim medis.
Sebelumnya Ketua Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Kabupaten Rejanglebong yang juga Kejari Curup, Eko Hening Wardono menyebutkan pihaknya terus melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan Suluk jemaah Tareqat Naqsabdiyah di daerah itu dan sejauh ini belum menemukan adanya penyimpangan.
"Kita terus melakukan pemantauan pelaksanaannya di lapangan bersama dengan pihak terkait lainnya dan sejauh ini belum ditemukan adanya penyimpangan dari ajaran agama Islam," ujarnya.
Pemantauan yang dilakukan pihaknya itu kata dia, untuk menghindari jatuhnya korban jiwa mengingat pada tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaannya selalu memakan korban jiwa yang meninggal dunia karena sakit atau pun kelelahan serta kekurangan cairan atau dehidrasi.