REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsudin, memaknai Idul Fitri berdasarkan pada makna kata fitrah yakni suci atau kesucian. Idul fitri merupakan hari raya kesucian, kekuatan dan kemenangan.
Diharapkan pada Idul Fitri, kaum beriman yang telah selesai menempuh pelatihan Ramadan agar terlahir dengan fitrah kemanusiaan dalam dimensi suci dan kuat. Itu menjadi faktor kaum beriman dapat meraih kemenangan.
Idul Fitri, kata Din, merupakan puncak atau selebrasi dari pelatihan Ramadan satu bulan penuh yang bertujuan membentuk kepribadian paripurna, di mana makna ketakwaan yang menjadi tujuan. Makna idul fitri hanya akan tercapai kalau kaum beriman secara efektif menjadikan pelatihan Ramadan dengan dua fungsi utama yakni tazkiyatun nafsi (penyucian diri) dan taqwiyatun nafsi (penguatan diri).
“Kedua dimensi ibadah Ramadan ini akan membawa kepada kepribadian paripurna. Hal ini yang akan menjadikan umat Islam bisa memperoleh kemenangan dalam arti mampu menampilkan kebudayaan dan peradaban tinggi dari berbagai aspek,” kata Din saat dihubungi Republika, Jumat (25/7).
Hal tersebut menurut Din sangat relevan dengan kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini yang masih belum menampilkan keunggulan dalam beberapa aspek kehidupan nasional baik sosial, ekonomi, politik, budaya dan lainnya. Untuk menghadapi tantangan globalisasi yang menuntut bangsa memiliki daya saing, kata Din, maka perlu didukung keberagamaan yang berkemajuan.
“Dengan mengenalkan Islam yang berkemajuan maka umat Islam akan mampu menjadi faktor determinan masa depan Indonesia. Maju mundurnya Indonesia ditentukan maju mundurnya umat Islam,” jelas Din.
Din menilai diperlukan sebuah reformasi, perbaikan corak keberagamaan umat Islam dengan menampilkan keberagamaan kemajuan. Caranya dengan menangkap api Islam. Hal itu dapat dilakukan dengan kaum beriman berusaha untuk mengembangkan nilai-nilai etika dan moral (akhlak) yang kuat dalam diri.