Ahad 27 Jul 2014 11:00 WIB

Warga Terdampak Lokalisasi Dolly Jualan Kue Kering

Kawasan lokalisasi Dolly ketika masih beroperasi.
Foto: Antara
Kawasan lokalisasi Dolly ketika masih beroperasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Warga terdampak eks-lokalisasi Dolly Kota Surabaya menekuni usaha mandiri dengan membuat berbagai macam kue kering pada libur Lebaran tahun ini. "Tidak ada yang sulit atau terhambat asalkan ada kemauan belajar dan merubah keadaan dengan mencoba untuk lebih baik," kata salah seorang mantan mucikari Kartono di Surabaya, Sabtu (26/7).

Kartono menekuni bisnis pembuatan kue kering bersama istrinya, Salamah. Hasil karya tersebut mulai dibanjiri pesanan dari dalam kota maupun luar pulau selama Ramadhan tahun ini. Beraneka macam jenis kue kering ini telah dipasarkan seperti halnya nastar, castengels, putri salju dan beraneka kue lainnya. Kue kering tersebut biasanya banyak disajikan saat-saat bulan Ramadhan maupun Hari Raya Idul Fitri.

Dengan modal awal sekitar Rp 300 ribu, ia mulai mengawali usaha pembuatan kue kering dengan membeli berbagai keperluan alat dan bahan. Tidak hanya itu, Kartono dan sang istrinya Salamah juga mengajak sekitar 7 perempuan PSK untuk bersama-sama belajar membuat jenis dan macam kue kering dari koleksi buku resep masakan di perpustakannya.

Berkat keseriusannya usaha pembuatan kue kering kartono dan para perempuan PSK ini mendapat bantuan dari Badan Arsip dan Perpustakaan Pemkot Surabaya berupa buku-buku resep dan oven serta modal usaha.

Ia mengatakan produksi kue kering buatannya dan para perempuan PSK mulai meningkatkan produksi dari 100 toples menjadi 400 toples macam kue kering. Jenis-jenis kue kering tersebut juga mulai membuka pasar konsumen.

Hal sama juga diungkapkan Tutik. Ia yang dulunya berprofesi sebagai penjual gorengan dan operator cafe di kawasan lokalisasi Jarak, kini mulai mantap beralih profesi sebagai pembuat kue kering.

Setelah mengikuti pelatihan yang digelar Taman Bacaan Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya, Tutik kini sudah bisa membuat beberapa kue seperti putri salju, nastar dan kastengel.

Dia mengaku sudah berhasil menjajakan 50 toples kue buatannya. Dulu, sewaktu menjadi operator cafe, dia harus bekerja dari mulai pukul 22.00 hingga pukul 01.00 WIB, tetapi hasilnya tidak menentu.

"Ini saya masih pakai modal sendiri. Besaranya tidak banyak. Semoga nanti ada bantuan modal dari Pemkot Surabaya sehingga usaha pembuatan kue saya ini bisa lebih besar. Saya juga berharap dibantu pemasaran," ujar ibu tiga anak ini.

Perwakilan Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) KB Kota Surabaya Anto Handiono mengatakan sejak mulai 2010 hingga 2013, pihaknya sudah melakukan pelatihan di 31 kecamatan dan sudah ada 49.470 orang yang sudah dilatih.

Untuk 2014, lanjut dia, khusus di Kecamatan Sawahan, Bapemas KB sudah melatih 1067 orang. Sedangkan khusus untuk Kelurahan Putat Jaya, sejak Februari lalu sudah ada 395 orang diberi pelatihan yang terdiri dari 19 kelas.

"Pelatihannya itu berbasis permintaan masyarakat. Dan yang diminati masyarakat di Putat Jaya adalah pelatihan makanan olahan, kue basah, kue kering, dan produk rumah tangga," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement