REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina akan segera mengadakan pemilu di tengah konflik yang melanda negara tersebut. PM Ukraina, Arseny Yatseniuk bahkan mengatakan akan meluncurkan sebuah kampanye pemilu pahit.
Kampanye pemilu pahit dikatakan oleh Yatseniuk adalah suatu bentuk kampanye yang dapat memecah dukungan dari Barat terhadap Ukraina. Hal ini karena parlemen Ukraina telah memutuskan untuk segera memblokir segala bentuk bantuan yang diberi dari Barat.
Keputusan ini dikatakan akan mengkhianati militer Ukraina dan semua partai yang didukung oleh Barat. Yatseniuk juga mengatakan akan keluar dari Pemerintahan Ukraina bersama dengan dua partai yang berkuasa di negara tersebut.
"Sejarah tidak akan memaafkan kami," ujar Yatseniuk kepada Parlemen Ukraina, dilansir Reuters, Jumat (25/7).
Para analis mengatakan, pernyataan yang dibuat Yatseniuk adalah bagian dari kampanye untuk partai yang dipimpin Yulia Tymoshenko, kandidat presiden yang gagal terpilih pada Mei lalu.
Kekuatan politik yang berpihak pada negara-negara Barat dimulai di Ukraina sejak 1991. Hal itu terjadi setelah Ukraina merdeka karena pecahnya Uni Soviet.
Pernyataan mengenai kampanye pahit dari Perdana Menteri Ukraina itu diprediksi akan semakin menambah konflik di negara itu.
Kampanye dari Yatseniuk dan parlemen akan membagi-bagi Ukraina atas kekuataan pro-Barat. Hal ini juga disebut akan semakin menyulitkan upaya Ukraina dalam melawan kelompok separatis pro-Rusia di wilayah timur negara.