REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya berharap seluruh masyarakat di wilayah kepulauan itu dapat memanfaatkan Idul Fitri 1 Syawal 1435 Hijriah sebagai ajang silahturahim antarsesama umat beriman, beragama, dan bermasyarakat.
"Manfaatkan kesempatan ini untuk saling mengunjungi, saling memaafkan, dan sekaligus menyatukan tekad dan semangat serta bergandengan tangan satu sama lain dan terus melakukan aktivitas membangun daerah dan bangsa ini," katanya di Kupang, Minggu.
Menurut dia, Idul Fitri 1 Syawal 1435 Hijriah yang sebentar lagi akan dirayakan merupakan suatu ungkapan syukur umat Islam kepada Tuhan atas kemenangan dalam memelihara amanat kesucian rohaniah.
Agar ungkapan syukur itu berjalan dengan baik dan lancar, Lebu Raya mengimbau seluruh komponen masyarakat menciptakan suasana kehidupan yang tertib, aman, damai, dan harmonis di seluruh wilayah itu, mulai H-7 hingga H+7 Lebaran 2014.
"Pemerintah provinsi dan segenap masyarakat di Nusa Tenggara Timur, sangat respek dan turut memberikan dukungan serta rasa hormat yang tinggi kepada umat Islam di daerah ini, selama menjalankan ibadah puasa pada Bulan Suci Ramadhan ini," katanya.
Situasi itu, katanya, harus tetap dipertahankan hingga puncak Idul Fitri dan arus balik dengan menjauhi tindakan yang mengganggu jalannya perayaan hari raya itu.
Hal itu, katanya, terbukti melalui terciptanya suasana kehidupan yang aman dan tertib.
Gubernur Lebu Raya pada kesempatan itu juga mengatakan Idul Fitri hendaknya melandasi setiap aktivitas masyarakat dan menjadi daya dorong untuk terus bergandengan tangan dan sehati sesuara membangun Nusa Tenggara Timur baru.
"NTT yang baru dalam konteks ini, adalah hati dan perbuatan yang baru, sikap dan semangat yang baru dalam hidup mengumat, bermasyarakat, dan berbangsa," katanya.
Membangun NTT baru, katanya, juga harus dimaknai dalam momentum Idul Fitri 1435 Hijriah, sebagai momentum merefleksikan kesuksesan dalam melaksanakan pembangunan yang masih tertunda pada hari kemarin dan merupakan kesempatan untuk memperbaikinya, menuju ke arah yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Ia menyebut korelasi atas hal itu, semakin nampak dari jumlah warga miskin di Nusa Tenggara Timur pada Maret 2014 sebesar 994,68 ribu orang (19,82 persen) atau berkurang sekitar 12,2 ribu orang dibandingkan dengan warga miskin pada September 2013 yang berjumlah 1.006,88 ribu orang (20,24 persen).
Penurunan itu, katanya, terjadi karena beberapa faktor, seperti jumlah dan persentase warga miskin selama periode September 2013- Maret 2014.
Faktor lainnya yang memengaruhi penurunan angka kemiskinan adalah selama periode September 2013-Maret 2014 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 2,30 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi (y-o-y) NTT triwulan I 2014 tumbuh sebesar 5,02 persen.
Ia mengatakan tingkat kemiskinan di Nusa Tenggara Timur selama 2008-Maret 2014 cenderung mengalami penurunan itu diketahui dari garis kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang.
Ia mengatakan warga miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Timur pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang atau bertambah 33.557 orang atau meningkat 1,43 persen dibandingkan dengan angkatan kerja Februari 2013 sebesar 2.349.559 orang.
Penambahan itu, katanya, menyebabkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) NTT pada Februari 2014 menjadi sebesar 74,04 persen atau sebanyak 74 persen angkatan kerja aktif secara ekonomi dari seluruh penduduk usia kerja berumur 15 tahun ke atas yang berjumlah 3.218.824 orang.
Penambahan itu, katanya, merujuk pada kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam beberapa minggu yang lalu selama periode survei 8-19 Februari 2014.
Ia mengatakan tidak seluruh warga tang masuk dalam angkatan kerja terserap dalam pasar kerja.
"Penduduk yang terserap dalam pasar kerja atau disebut dengan mereka yang bekerja pada Februari 2014 mencapai 2.336.212 orang, bertambah 36.501 orang (1,59 persen) dibanding dengan keadaan pada Februari 2013 sebesar 2.299.711 orang, sedangkan yang tidak terserap disebut dengan penganggur," katanya.
Ia menyebut penganggur di NTT pada Februari 2014 sebesar 46.904 orang atau berkurang 2.944 orang (5,91 persen) dibandingkan dengan penganggur pada Februari 2013 sebesar 49.848 orang.
Perbandingan jumlah penganggur terhadap total angkatan kerja atau disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT NTT Februari 2014 mencapai 1,97 persen, turun 0,15 poin dari Februari 2013 sebesar 2,12 persen.