Ahad 27 Jul 2014 16:39 WIB

PBB Desak Donor Tingkatkan Pencegahan Kelaparan di Sudan

Rep: c87/ Red: Mansyur Faqih
Pengungsi Sudan Selatan (ilustrasi)
Foto: Reuters/Mohamed Nureldin Abdallah
Pengungsi Sudan Selatan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUDAN -- Kepala bantuan PBB telah meminta donor untuk meningkatkan upaya untuk mencegah kelaparan yang semakin tinggi di Sudan Selatan. Di negara itu, sepertiga dari penduduk berada dalam situasi yang genting setelah berbulan-bulan perang. 

Tanpa tindakan cepat, 50 ribu anak-anak bisa mati pada tahun ini karena kekurangan gizi. 

Program Pangan Dunia (WFP) dan Badan Anak PBB (UNICEF) mengatakan, hampir satu juta anak usia di bawah lima tahun mengalami kekurangan gizi akut. Pernyataan itu dikeluarkan dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis Jumat (25/7) setelah direktur mereka mengunjungi Sudan. 

"Mereka takut dunia akan mengulang apa yang terjadi di Somalia dan negara the Horn of Africa pada tiga tahun yang lalu. Ketika awal peringatan kelaparan ekstrem dan meningkatnya gizi buruk sebagian besar diabaikan sampai tingkat kelaparan resmi diumumkan," kata pernyataan tersebut seperti dilansir Aljazeera, Ahad (27/7).

"Dunia tidak harus menunggu kelaparan diumumkan sementara anak-anak di sini mati setiap hari," kata Direktur UNICEF, Anthony Lake kepada kantor berita AFP

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan, badan bantuan dari kota utara Leer menangani lebih dari seribu kasus gizi buruk pada anak setiap bulan. Sebelum kekerasan pecah pada Desember tahun lalu, badan-badan itu menangani 40 kasus per bulan. 

Jumat (25/7), Dewan Keamanan PBB mengatakan, krisis pangan di Sudan saat ini yang terburuk di dunia. Negara-negara yang telah berjanji memberikan bantuan senilai 618 juta dolar AS diminta untuk menepati janji mereka. 

Ribuan orang telah tewas dan lebih dari 1,5 juta orang melarikan diri lebih dari tujuh bulan dalam pertempuran antara pasukan pemerintah, tentara pemberontak dan kekuatan misili suku. 

"Jika kita ingin cepat memperluas operasi kita dan menyelamatkan lebih banyak nyawa, maka kita perlu lebih banyak sumber daya, dan masyarakat internasional harus bertindak sekarang," kata Kepala WFP, Ertharin Cousin. 

PBB mengatakan sepertiga dari populasi di Sudan atau hampir empat juta orang dalam kondisi tingkat berbahaya. Pertempuran yang pecah pada Desember dipicu oleh perebutan kekuasaan antara Presiden Salva Kiir dan wakilnya yang dipecat Riek Machar. 

Kepala bantuan PBB, Top John Ging telah menyebutnya sebagai masalah buatan manusia, hasil dari perselisihan politik antara dua individu yang kuat. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement