REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Tak banyak industri yang mampu mencetak banyak lapangan pekerjaan bagi para sarjana atau lulusan studi S1. Namun tak demikian halnya dengan industri pertanian di Australia.
Di tahun keempat yang merupakan tahun terakhirnya di jurusan pertanian dan jurusan bisnis, Rebecca menyorot soal peluang yang datang kepadanya dan teman-teman sekelasnya. “Kami bahkan belum menyelesaikan pendidikan dan jumlah perusahaan yang menghubungi kampus kami dan mengatakan ‘bergabung dan bekerjalah bersama kami’, benar-benar luar biasa,” ujarnya, baru-baru ini.
Sembari berjalan di perkebunan kentang, labu dan peternakan domba milik orang tuanya di kota kecil Munro, negara bagian Victoria, Rebecca mengatakan, ia dulunya bahkan tak sadar peluang-peluang yang tersedia bagi mahasiswa pertanian.
“Tumbuh besar di sebuah pertanian, saya lulus SMA dan masih tak punya ide apa-apa. Waktu itu saya pikir, ‘saya suka pertanian tapi apa yang harus saya lakukan di bidang ini?’. Ketika saya mulai kuliah S1, sejak itulah saya mulai sadar betapa banyak peluang yang dimiliki bidang ini,” tuturnya.
Antusiasmenya untuk bekerja di sektor pertanian sangat menyentuh dan menginspirasi, namun itu semua datang di kala jumlah pendaftaran mahasiswa di jurusan pertanian menurun dan mata pelajarannya mulai tak digemari.
Rebecca berpendapat bahwa, seperti halnya ia di usia 12 tahun, tak banyak anak muda yang sepenuhnya sadar akan peluang karir seperti apa yang tersedia bagi lulusan jurusan pertanian.
“Ini bukan cuma mengemudi traktor, atau menjadi agronomis, ada banyak jenis pekerjaan, pekerjaan apapun yang ingin anda lakukan. Saya harap lebih banyak mahasiswa yang mendaftar karena pengalaman anda di universitas sangat menyenangkan sekaligus peluang kerjanya menakjubkan,” katanya riang.