REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Pihak Unit Pelestarian Harimau Sumatera Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) mengaku sulit memberantas meningkatnya perburuan satwa di kawasan Taman nasional Kerinci Seblat. Alasannya, berburu di bulan ramadhan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di desa-desa sekitar kawasan.
"Kebiasaan berburu ini susah diberantas karena bagi masyarakat sekitar kawasan hutan TNKS berburu salah satu cara mengisi waktu senggang di bulan puasa," kata Kepala Seksi Perlindungan Satwa Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Risdianto di Jambi, Ahad (27/7).
Menurut dia, hingga kini setiap kali memasuki bulan ramadhan intensitas pemasangan jerat berbagai jenis terhadap berbagai satwa dalam hutan TNKS masih terus menunjukkan trend meningkat hingga membahayakan kelestarian beberapa jenis satwa.
Setiap bulan perburuan dalam berbagai modus terus terjadi dan bahkan meningkat hingga mengancam kelestarian beberapa jenis satwa dilindungi sebagai satwa endemik dalam kawasan TNKS.
Beberapa jenis satwa yang sering menjadi primadona masyarakat berburu adalah jenis burung, kijang, rusa kambing gunung, kancil, kelinci, trenggiling, dan bahkan harimau Sumatera, badak Sumatera, tapir dan gajah Sumatera.
Para pemburu itu memasang berbagai jenis dan bentuk jerat seperti jerat laso yang dipasang di tanah, jerat getah atau pikat yang dipasang di atas pohon-pohon tinggi, lubang jebakan, jaring dan kandang, dan dengan menembaki satwa dengan senapan angin berbagai jenis.
Beberapa satwa di lindungi dalam kawasan TNKS yang kini terancam keberadaannya adalah harimau Sumatera, burung enggang atau rangkong, burung karau dan kuwau, burung punai, trenggiling, dan spesies kelinci Kerinci.
"Di antara satwa langka dilindungi itu yang sudah dapat dikategorikan punah karena tidak ditemukan lagi indikasi keberadaannya di rimba TNKS adalah badak Sumatera dan gajah Sumatera, sementara satwa langka lainnya yang sudah sangat terancam adalah harimau Sumatera, kijang spesies abu-abu, dan spesies kucing emas," kata Risdianto.