REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Amerika Serikat (AS) akan segera menutup kantor kedutaan besar di Libya. Seluruh staf AS di Ibukota Libya, Tripoli, telah dievakuasi untuk kembali ke AS pada Sabtu (26/7).
Sebanyak delapan diplomat AS dan lebih dari 200 petugas keamanan telah dibawa dengan pengawalan ketat militer AS menuju Tunisia. Dari sana, mereka akan diterbangkan ke AS dengan menggunakan tiga pesawat F-16.
Evakuasi para diplomat serta staf keamanan AS harus dilakukan menyusul kondisi keamanan di Libya yang terus memburuk selama dua minggu terakhir. Situasi di Libya terus mencekam akibat pertempuran antar milisi di bandara utama Ibukota Tripoli.
"Keamanan harus menjadi hal yang utama karenanya kami mengambil keputusan untuk segera memindahkan staf kedutaan dari Libya dan tidak mengoperasikan kantor di Tripoli hingga kondisi membaik," ujar Marie Harf, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, dilansir Reuters, Sabtu (26/7).
Keamanan di Libya menjadi hal yang sangat sensitif bagi AS, sejak insiden di kantor konsulat Benghazi pada 11 September 2012 lalu. Saat itu, kantor konsulat mengalami penyerangan yang mengakibatkan Duta Besar Chris Stevens dan tiga warga negara AS lainnya tewas.
Pertempuran yang terjadi antara dua milisi, yaitu Zintan dan Misrata untuk memperebutkan bandara utama Tripoli disebut sebagai yang terburuk selama beberapa tahun terakhir.
Sejak penggulingan Presiden Muammar Khadaffi pada 2011 lalu, Libya terus berada dalam kondisi tidak stabil. Situasi keamanan tidak pernah baik akibat pertempuran dari para milisi, yang awalnya bersama menjatuhkan Khadaffi, namun kini bersaing memperebutkan kekuasaan.