'Perang Petasan' , Tradisi yang Belum Berhenti di Pamekasan

Red: Joko Sadewo

Senin 28 Jul 2014 00:44 WIB

Petasan Foto: Antara Petasan

REPUBLIKA.CO.ID,  "Perang" petasan atau aksi adu nyaring ledakan petasan, serta pesta kembang pagi, mewarnai malam takbiran pada malam Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah di Pamekasan dan Jember, Jawa Timur, Ahad (27) malam.

"Perang" petasan dan pesta kembang api ini hampir dilakukan masyarakat Pamekasan dan Jember, baik di perkotaan maupun di pinggiran kota. Sejak selesai berbuka puasa warga langsung bermain "perang" petasan dan pesta kembang api, bahkan terkesan seperti saling serang.

"Mumpung malam Lebaran, kapan lagi bisa main perang petasan seperti ini," kata salah seorang warga di Pademawu, Pamekasan, Sulaiman. Sulaiman merupakan satu dari puluhan warga di desa ini yang mengaku biasa main perang petasan saat malam Lebaran seperti ini.

Ia mengaku dirinya sebenarnya telah mengetahui larangan dari aparat kepolisian, terkait larangan bermain petasan. "Makanya, kami bermain petasan di tempat khusus di tanah lapang seperti ini, tidak di pinggir jalan," kata warga lain, Mawardi.

Istilah "perang" petasan ini merupakan istilah yang sengaja diciptakan masyarakat di Kecamatan Pademawu, Pamekasan, sebab saat bermain petasan itu, mereka membentuk kelompok yang masing-masing kelompok selanjutnya beradu nyaring.

Selain perang petasan, pesta kembang api juga mewarnai malam takbiran di Pamekasan. Salah satunya seperti yang digelar warga Dusun Pakong, Desa Durbuk, Kecamatan Pademawu, Pamekasan.

Di dusun ini, hampir semua rumah tangga bermain pesta kembang api. Layaknya perang, kembang api yang meledak diudara ini kemudian diarahkan agar bisa meledak di atas atap rumah warga tetangganya.

Aksi seperti itu lalu dibalas oleh tetangga lain dengan cara sama, sehingga pesta kembang api yang digelar warga di dusun ini seperti saling menyerang antara satu rumah tangga dengan rumah tangga yang lainnya.

Kapolres Pamekasan AKBP Nanang Chadarusman sebelumnya telah mengingatkan agar warga tidak bermain petasan, karena hal itu berpotensi membahayakan. "Kalau kembang api yang meledak di atas itu masih kami toleran, tapi kami larang keras adalah petasan itu. Karena jenis permainan ledakan seperti itu sangat berbahaya," kata Kapolres.

Terkaitnya sekelompok warga yang bermain petasan di malam Lebaran, Kapolres menyatakan pihaknya telah memerintahkan polsek jajaran untuk melakukan pemantauan dan merampas petasan yang dimainkan warga itu.

Tradisi serupa juga terjadi di Jember, baik di perdesaan maupun perkotaan, bahkan bunyi ledakan nyaris memekakkan telinga, sehingga setiap pengendaraan kendaraan bermotor berhenti untuk menghindari risiko ledakan itu. "Daripada membahayakan diri, kami berhenti untuk sekalian ikut menonton, meski kami harus menunda perjalanan selama beberapa saat," kata warga Desa Suco, Mumbulsari, Jember, Taufik.

Bahkan, katanya, tradisi serupa dilaksanakan di alun-alun Kota Jember pada pukul 00.00 WIB. "Kalau sehabis Isya' masih bersifat dari desa ke desa atau dari kampung ke kampung, tapi kalau sudah malam di atas jam 00.00 WIB selalu kumpul di alun-alun kota hingga dini hari," ujar warga Kalisat, Jember, Roni.

Terpopuler