REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Suasana Idul Fitri terasa mengharukan di Jalur Gaza. Banyak ibu yang tak bisa berlebaran dengan anak-anaknya yang sudah tewas karena roket dan peluru teroris Israel.
Seorang ibu paruh baya di pengungsian merayakan Idul Fitri dengan air mata. Umi Mustafa Jarbou mengungkapkan, Idul Fitri kali sangat menyedihkan. "Ini adalah hari suci saat melihat rakyat yang dibom, melihat kehancuran. Hari suci apa ini? Siapa yang mempunyai hati untuk menikmati hari suci?"ujar sang ibu penuh dengan linangan air mata, seperti dikutip worldbulletin.
Umi Mustafa datang dari Beit Lahiya, sebuah kota di utara Gaza. Hanya, seperti banyak warga lainnya, dia pergi saat tentara Israel mulai merangsek ke Gaza. "Saat kami makan makanan, terasa bagaikan racun. Sungguh mereka memalukan. Dimana dunia? Dimana orang-orang?" ungkapnya sambil menambahkan jika banyak saudaranya sesama Arab yang berpaling.
Pada tahun-tahun sebelumnya, jalan-jalan di Jalur Gaza biasanya sibuk dengan warga yang merayakan hari pertama Idul Fitri. Mereka biasanya keluar untuk berbelanja. Tapi tahun ini begitu berbeda.
Dengan suara pesawat tempur Israel di udara dan ledakan, juga tembakan ketika malam, jalan-jalan di Gaza tampak suram dan lengang. "Kamu tak akan melihat warga Palestina merayakan hari raya Idul Fitri tahun ini,"ungkap Hossam al Ranteesi, sopir taksi berusia 32 tahun kepada Anadolu Agency.
"Gambar kematian dan kehancuran juga bau darah dimana-mana di jalur Gaza. Sementara tembakan Israel terus menyalak. Tak ada perayaan untuk kami pada tahun ini,"dia menambahkan.
"Bagaimana perasaan seorang ibu jika dia membuka kedua matanya saat hari raya dan tidak mendapatkan anaknya di dekatnya"tambah Abir Shammaly, seorang ayah yang anaknya dibunuh teroris Israel di Distrik Shejaia, Gaza timur, pekan lalu.