Oleh: Dr Abdul Basith Jamal/Dr Daliya Shadiq Jamal
Alquran adalah kitab suci yang paling benar, paling bermanfaat, paling sempurna yang meliputi semua hal yang menyangkut kehidupan ini.
Ia adalah harta karun yang tidak akan habis kandungan mutiaranya. Lautan makrifat. Taman yang memiliki semua jenis bunga. Tidak seorang pun yang mampu untuk memberikan gambaran dan sifat yang tepat baginya, kecuali Rasul yang kepadanya diturunkan Alquran, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW bersabda tentang sifat dari Alquran ini, “Barang siapa yang berkata dengannya, maka ia benar dalam ucapnya. Barang siapa yang memerintah (mengambil putusan hukum) dengannya, maka ia akan berlaku adil. Barang siapa yang mengambil petunjuk darinya, maka ia akan ditunjukinya ke jalan yang lurus. Penguasa lalim yang tidak mempedulikannya, akan dihinakan Allah. Siapa pun yang mengambil petunjuk dari kitab selainnya, akan disesatkan Allah.” (Muttafaq alaih)
Rasulullah SAW dalam menjelaskan sebagian rahasia dari Alquran, bersabda, “Di dalamnya (Alquran) terdapat berita tentang orang-orang sebelum kalian, ketentuan hukum di antara kalian dan informasi tentang orang-orang sesudah kalian.”
Alquran sendiri telah berbicara tentang dirinya, “Barang siapa yang mencariku, ia akan menemukanku. Dan barang siapa yang menemukanku, ia akan mencariku.” (Muttafaq alaih)
Alquran adalah tali Allah yang kuat dan jalan-Nya yang lurus. Namun, kita harus membedakan antara ‘melaksanakan’ (al-'amal) apa yang terdapat dalam Alquran dengan memelihara (hafidza) Alquran.
Pelaksanaan ajaran Alquran berkaitan dengan perbuatan manusia. Dimana jika mereka melaksanakan semua ajarannya, mereka akan diberi pahala pada hari Kiamat. Dan sebaliknya, jika mereka tidak melaksanakan ajarannya, akan mendapatkan siksaan.
Dan sebagai suatu yang unik untuk diperhatikan, di sana terdapat hubungan yang berlawanan antara pelaksanaan ajaran Alquran dan perjalanan waktu. Yaitu, ketika waktu terus berjalan, maka pelaksanaan ajaran Alquran makin lama akan semakin menipis sehingga datang suatu hari dimana di muka bumi tidak ditemukan seorang pun yang dalam hatinya terdapat keimanan meskipun sebesar biji sawi. Hari itu adalah Hari Kiamat. (Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunah)